Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

LAPORAN DARI ISRAEL (5)

Dari Tel Aviv-Yerusalem Tenang, Tak Mencekam

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/muhammad-rusmadi-5'>MUHAMMAD RUSMADI</a>
OLEH: MUHAMMAD RUSMADI
  • Senin, 09 November 2015, 15:18 WIB
Dari Tel Aviv-Yerusalem Tenang, Tak Mencekam
m rusmadi/dok
rmol news logo Pada 26 hingga 31 Oktober lalu, wartawan Rakyat Merdeka, Muhammad Rusmadi mengikuti The Rambam Israel Fellowship Program di Israel, yang disponsori oleh Australia/Israel & Jewish Affairs Council (AIJAC). Berikut laporannya:

Sebelum saya berangkat, seorang rekan menyatakan, saya pasti akan dapat pengalaman seru, menarik dan unik. Kamu akan merasa seperti di Barat,” katanya. Padahal secara geografis, Israel adanya di Timur Tengah yang umumnya identik dengan Arab. Kecuali mungkin di kota-kota negara Timur Tengah yang banyak pekerja profesionalnya dari kawasan Eropa dan Amerika.     

Hal lain yang juga menarik menurut saya adalah penunjuk-penunjuk jalan yang tertulis dalam tiga bahasa, yakni Ibrani (Hebrew), Arab dan Latin. Israel memang memiliki dua bahasa resmi, Ibrani dan Arab. Saya teringat saat beberapa kali ke Aceh. Di sana, nama-nama jalan dan perkantoran juga dibikin dalam bahasa Indonesia dan aksara Arab.

Namun karena nama-nama perkantoran adalah bahasa Indonesia, sehingga aksara Arab itu bukanlah bahasa Arab, tapi bahasa Indonesia yang ditulis dalam aksara Arab. Kadang disebut dengan Arab Melayu. Sementara di Israel, aksara yang tampak itu adalah sekaligus juga dibaca dalam bahasa asli aksara tersebut.

Dulu, saya pernah belajar Judaisme setengah semester, saat kuliah di Perbandingan Agama, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jadi, saya sedikit akrab dengan istilah bahasa Ibrani ini. Tapi karena kami tak pernah belajar bahasa tersebut secara khusus, sehingga saya tak paham bahasa Ibrani, dan amat asing ketika baru mendengarnya. Namun ketika tampak tulisan ‘right’ (kanan) misalnya, saya sedikit paham, tulisan Arabnya berbunyi ‘yumna’.

Saya tiba-tiba teringat dengan humor jadul, maksudnya karena ingin hati-hati,  namun karena tak begitu mengerti bahasa Arab, sebagian masyarakat Muslim mengira, apa-apa yang tertulis dalam bahasa Arab dikira selalu al-Qur’an. Sampai-sampai ketika ada sobekan koran berbahasa Arab jatuh di jalanan pun buru-buru dipungut agar tak terinjak. Karena tulisan korannya dikira sobekan al-Qu’ran yang terjatuh. Ternyata, isinya cuma berita harga-harga barang yang terus menanjak tinggi, he he he

Sepanjang perjalanan darat dari Tel Aviv hingga Kota Yerusalem, saya terus menikmati pemandangan dan menarik buat saya. Bangunan umumnya terbuat dari batu kapur yang dipoles indah. Warnanya nyaris seragam, krem atau cokelat muda, mulai dari perumahan, apartemen atau gedung-gedung pemerintahan.

Dan benar, warga yang saya lihat memang rata-rata berkulit putih alias bule, tak terasa seperti berada di Timur Tengah. Hal ini memang, karena warga Israel merupakan warga Yahudi yang tersebar di seluruh dunia (diaspora), umumnya dari kawasan Eropa atau negara-negara Barat lainnya. Mereka kemudian kembali ke wilayah yang mereka yakini sebagai tanah leluhur mereka, yang kini bernama Israel.

Lalu-lintasnya juga umumnya lengang, meski pada jam-jam tertentu di sore hari juga kadang agak macet. Pada 2011, warga Yerusalem sekitar 801.000 jiwa. Dan, ini juga menjadi penghibur saya, suasananya tak semencekam dan tidak aman sebagaimana yang dikesankan pada berbagai pemberitaan.

Tak ada pemandangan banyak tentara berjaga ketat di setiap sudut jalan, seperti saat Presiden Amerika George W Bush bertemu Presiden SBY pada November 2006 silam, misalnya. Dari Tel Aviv hingga Yerusalem, tak terasa ada konflik seperti diberitakan, justru terasa tenang. Bersambung        
   

 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA