Prof. Hosaka: Pemerintahan Abe Mewarisi Semangat Hideyoshi Ingin Jadikan Jepang sebagai Amerika Mini

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-1'>ADE MULYANA</a>
LAPORAN: ADE MULYANA
  • Kamis, 21 Agustus 2014, 08:29 WIB
Prof. Hosaka: Pemerintahan Abe Mewarisi Semangat Hideyoshi Ingin Jadikan Jepang sebagai Amerika Mini
Prof. Yuzi hosaka/net
rmol news logo Rezim Shinzo Abe tampaknya ingin mengembalikan dominasi dan supremasi Jepang di kawasan Asia dan Asia Timur khususnya dengan menggunakan cara-cara yang pernah dilakukan pendahulunya ratusan tahun lalu.

Ketegangan yang tengah terjadi di kawasan Asia Timur dinilai mirip dengan situasi pada tahun 1592 ketika Perdana Menteri Jepang Toyotomi Hideyoshi menginvasi Semenanjung Korea. Di masa itu kelompok elit di pemerintahan Hideyoshi percaya bahwa Jepang memiliki hak untuk menguasai kawasan tersebut.

Begitu pandangan yang disampaikan pakar politik dari Universitas Sejong, Prof. Yuzi Hosaka, dalam artikel Footprints of the Abe Administration, a Group of Idealists yang diterima KoreaKini.

Prof. Hosaka lahir di Jepang pada 1956 dan menyelesaikan pendidikan S-1 di bidang politik dari Universitas Tokyo pada 1979. Pada tahun 1988 ia melanjutkan pendidikan ke Universitas Korea hingga mendapatkan gelar master (1995) dan doktor (2000). Pada tahun 2003, Prof. Hosaka mengubah kewarganegaraan. Kini ia adalah warganegara Korea.

Kini selain mengajar di Universitas Sejong, Prof. Hosaka juga memimpin Institut Penelitian Dokdo di universitas tersebut.

Menurut Prof. Hosaka, perubahan arah politik luar negeri Jepang terlihat jelas setelah Abe berkuasa untuk kedua kali. Tak lama setelah dilantik sebagai perdana menteri pada akhir 2012 lalu, Abe mengambil sejumlah kebijakan yang mengkhianati nilai-nilai yang diadopsi Jepang pasca Perang Pasifik.

“(Pemerintahan Abe) mulai mempercepat upaya untuk kembali ke sikap seperti yang mereka miliki sebelum Perang Pasifik,” ujar Prof. Hosaka.

“Situasi saat ini paralel dengan invasi Joseon yang dilakukan Hideyoshi ketika mempertimbangkan klaim kelompok ekstrim kanan di tubuh pemerintahan yang memiliki kesalahan keyakinan, termasuk di dalamnya (keyakinan) untuk menjajah China dan Jepang,” sambungnya.

Tujuan pertama dari pemerintahan Abe, sambung Hosaka, adalah membangun persepsi bahwa Jepang merupakan “Amerika Serikat mini” di kawasan itu. Itu sebabnya Jepang selalu berpartisipasi dalam peperangan yang dilakukan Amerika Serikat. Hal ini untuk mengubah inferioritas bangsa Jepang.

Selain itu, Jepang juga berusaha mengambalikan kekuatan militer mereka dan perlahan-lahan ingin mengubah persepsi yang selama ini diyakini kebanyakan publik bahwa Jepang ditaklukkan di akhir Perang Pasifik.

Pemerintahan Abe, masih menurut Prof. Hosaka, mempromosikan pemikiran bahwa Jepang tidak ditaklukkan, melainkan kurang beruntung karena kalah dalam perang.

“Selain itu mereka (pemerintahan Abe) tidak memiliki keinginan untuk menghentikan ambisi mereka yang berbahaya. Ini karena mereka percaya bahwa publik Jepang akan berterima kasih kepada mereka setelah militer formal Jepang terbentuk,” demikian Prof. Hosaka. [dem/kkc]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA