Pasalnya, festival budaya itu akan digelar di sebuah situs kuno Mohenjodaro, salah satu pemukiman terbesar dari peradaban Lembah Indus yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Situs ini terletak di Sindh, Pakistan Selatan.
Beberapa arkeolog terkemuka Pakistan pada Jumat (31/1) berpendapat bahwa festival budaya bisa menyebabkan situs tersebut runtuh.
"Ini tidak lain hanyalah kegilaan," kata arkeolog Asma Ibrahim, yang merupakan anggota Dewan Manajemen Warisan Budaya Pemerintah Sindh.
Arkeolog senior lainnya, yang juga Kepala Jurusan Departemen Arkeologi di Universitas Punjab, Farzand Masih mengatakan bahwa dirinya tidak akan menghadiri festival itu sebagai bentuk protes.
"Saya sangat sedih atas apa yang akan mereka lakukan di sana atas nama sebuah festival budaya," ujar Farzand.
Beberepa diantara mereka juga menganggap festival ini sebagai bagian dari upaya Bilawal untuk meningkatkan citra di panggung politik nasional.
Seperti dikabarkan
Associated Press (Sabtu, 1/2), Bilawal membantahnya dan menyebut penyelenggarakan acara ini sebagai bagian dari upaya untuk mempublikasikan situs tersebut.
Mohenjodaro, yang terdaftar dalam daftar situs warisan dunia UNESCO, merupakan bangunan yang terbuat dari batu bata yang belum dibakar. Menurut UNESCO, situs ini diprediksi sudah ada sejak milenium ketiga sebelum masehi.
[ian]
BERITA TERKAIT: