Tidak hanya itu, Raul juga meminta AS untuk menghormati perbedaan, yang mungkin akan meningkatkan hubungan kedua negara.
Raul mengungkapkan, selama ini antara para pejabat Kuba dan Amerika telah bertemu beberapa kali selama setahun terakhir untuk membahas hal-hal seperti imigrasi dan pembentukan kembali layanan pos.
"Itu menunjukkan bahwa hubungan (kedua negara) bisa menjadi beradab kembali," jelas Raul seperti terpantau dari
BBC (Minggu, 22/12).
Namun Raul juga tidak ambil pusing jika AS ingin hubungan kedua negara tetap seperti yang terjadi selama puluhan tahun ini.
"Jika kita benar-benar ingin membuat kemajuan dalam hubungan bilateral, kita harus belajar untuk menghargai perbedaan masing-masing dan terbiasa hidup damai dengan mereka (AS). Jika tidak, kami juga siap dengan apa yang terjadi selama 55 tahun seperti yang terakhir," tandas Raul.
Dalam acara peringatan wafatnya mantan presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, sebanyak 90 pemimpin negara hadir di stadion sepak bola First National Bank (FNB) Johannesburg, termasuk Obama dan Raul. Keduanya sempat berjabat tangan sesaat sebelum Obama maju ke podium untuk memberikan pidatonya.
Jabat tangan Raul dan Obama tersebut menarik perhatian, mengingat hubungan Kuba dan AS yang masih berseteru sejak masa Perang Dingin, terutama pasca revolusi Kuba tahun 1959 yang dimotori oleh Fidel Castro.Praktis, jabat tangan antara kedua pemimpin negara yang berlawanan secara ideologis tersebut menjadi sebuah momen langka.
[wid]
BERITA TERKAIT: