Dalam acara buka puasa bersama di Gedung Putih, 13 Agustus lalu, Obama mengatakan bahwa Muslim adalah bagian Amerika Serikat seperti halnya penganut agama lain. Dia menambakan bahwa setiap warga negara AS memiliki hak beribadah dan mendirikan tempat ibadah.
Dukungan Obama ini mengecewakan banyak kalangan di Amerika Serikat, khususnya keluarga korban 9/11. Ia dianggap tidak sensitif terhadap duka keluarga korban.
Dari survei terakhir yang digelar Pew Research Center dan Pew Forum on Religion & Public Life terlihat bahwa 18 persen responden percaya Obama beragama Islam, dan hanya 34persen yang percaya Obama seorang Kristen, sementara 43 persen lainnya mengatakan tidak tahu apa agama yang dianut presiden berkulit gelap pertama di AS itu. Dalam survei di bulan Maret tahun lalu hanya 11 persen yang percaya Obama penganut Islam, dan 48 persen percaya Obama orang Kristen.
Majalah Time/ABT SRBI dalam survei antara 16 dan 17 Agustus lalu memperlihatkan hal serupa. Sebanyak 47 persen responden menilai Obama beragama Kristen, dan 24 persene menganggapnya beragama Islam. Adapun yang tidak tahu apa agama Obama sebesar 24 persen.
Sejak masa kampenye pemilihan presiden AS tahun 2008 lalu perdebatan mengenai agama Obama menjadi salah satu komoditas politik di negeri itu. Semuanya berawal karena Obama dilahirkan dari seorang ibu berkulit putih, Ann Dunham, yang menikah dengan laki-laki Kenya yang terlahir sebagai muslim, Barack Obama Senior. Nama tengah yang diberikan kedua orang tuanya untuk Obama pun cukup “mengerikan” di telinga kebanyakan kaum konservatif di Amerika, Hussein, nama salah seorang cucu Muhammad SAW yang tewas dibunuh Yazid bin Muawiyah di Karbala belasan abad lalu dan menjadi inspirasi keimanan kaum Syiah terutama di Iran.
Selain faktor Obama Sr. hal lain yang ikut memperkuat “kecurigaan” banyak orang terhadap keyakinan Obama adalah pengalamannya tinggal di Indonesia dalam kurun 1967 hingga 1971. Di masa itu, Obama mengikuti ibunya yang menikah dengan Lolo Soetoro ke Jakarta. Setahun terakhir sebelum meninggalkan Indonesia, Obama bersekolah di SDN Besuki di Menteng, dan didaftarkan sebagai Baryy Soetoro yang beragama Islam.
Di masa kampanye pemilihan presiden AS dua tahun lalu foto kopi halaman rapor Obama beredar luas di internet dan dijadikan salah satu alat untuk memukul kredibilitas Obama. Publik AS kelihatannya mengabaikan fakta bahwa Obama lebih lama bersekolah di sekolah Katolik Jakarta, Asisi. Di sekolah itu ia menghabiskan tiga tahun pertamanya di Jakarta.
Di tengah kampanye presiden AS itu, di bulan Maret 2008, survei NBC News/Wall Street Journal Polls menyebutkan sebesar 13 persen responden percaya bahwa Obama beragama Islam.
Obama telah berkali-kali menjawab keraguan sebagian publik AS mengenai agama yang dianutnya. Dalam suatu kesempatan di tengah kampanye da menjelaskan bahwa ia adalah penganut Kristen dan bergabung dengan Trinity United Church of Christ di Chicago sejak setidaknya 22 tahun lalu. Obama menikahi Michelle Obama di gereja itu, dan berteman baik dengan mantan pemimpin gereja itu, Jeremiah Wright yang dianggapnya sebagai seorang paman.
Keluarga Obama juga telah berkali-kali berusaha meyakinkan sebagian publik AS bahwa agama Obama adalah Kristen.
Adik Obama, Maya Soetoro-Ng dalam sebuah perbincangan dengan Rakyat Merdeka Online di masa kampanye itu mengatakan bahwa abangnya adalah seorang Kristen yang taat. Penghargaan Obama terhadap agama dan penganut agama lain diwarisi oleh ibunya yang agnostik. Sejak Obama dan Maya kecil, ibunya memperkenalkan semua kitabsuci kepada mereka.
Dalam pandangan Obama, bukan ajaran agama yang membawa kehancuran di muka bumi. Tetapi pegikut fanatik yang mengharamkan agama dan pengikut agama lain.
Keyakinan itulah yang membuat Obama, misalnya, dalam National Prayer Breakfast pertama di masa kepemimpinannya, Februari 2009, mengutip salah satu hadis Nabi Muhammad yang berbunyi, “tidak ada seorang pun diantaramu yang beriman sampai dia mendoakan saudaranya seperti ia mendoakan dirinya sendiri.
Dalam kesempatan itu dia juga mengatakan bahwa semua agama baik Islam, Kristen, Yahudi, Hindu dan Budha, Konghucu, maupun penganut ajaran kemanusian memiliki hukum emas (Golden Rule) yang sama, yakni mengajak para pemeluknya untuk mencintai dan menghargai sesama manusia.
“Apapun yang kita pilih sebagai keyakinan kita, marilah kita mengingat bahwa tidak ada agama yang menjadikan kebencian sebagai inti dari ajarannya,” demikian Obama. [guh]
< SEBELUMNYA
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: