Novi Amelia berulah lagi. Model 29 tahun asal MeÂdan ini berteriak-teriak seolah tidak waras di pingÂgir jalan kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis sore. Menurut Kapolsek Tebet Kompol Nurdin A RahÂman, pihaknya menerima laporan adanya seorang perempuan yang berteriak-teriak tak karuan di jalanan. Saat itu, wanita tersebut baru saja turun dari dalam taksi. Menurut Nurdin, warga sekitar yang hendak menenangkan wanita tersebut justru dimarahi.
"Ketika kami datang ke TKP, ternyata wanita yang mengamuk tersebut ialah Novi Amelia. Agar tak membuat keresahÂan Novi Amelia terpaksa kami amankan," kata Nurdin kepada wartawan.
Nurdin menduga, Novi mengalami depresi sehingga mengamuk di jalanan. Saat diperiksa, polisi tak menemukan adanya indikasi penggunaan narkoba pada Novi yang saat diambil mengenakan sweater dan rok pendek.
"Di Mapolsek pun Novi terus mengaÂmuk. Kami akhirnya menghubungi petugas Pelayanan Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) Dinas Sosial DKI Jakarta," ujarnya.
Hingga kemarin sore, Novi sedang ditangani pihak Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya, Jakarta Barat. Saat dijumpai wartawan, Novi tampak ceria. Dengan santai, ia menceritakan bagaimana bisa berakhir di panti sosial setelah dilaporkan mengamuk.
Novi bercerita, pada Kamis (8/12) dini hari, ia baru saja pulang berpesta. Namun, sesampainya di depan rumah kosnya di Jalan Tebet Timur Dalam I, Novi enggan masuk dan beristirahat.
"Intinya teman aku nyuruh masuk ke kos, tapi aku belum mau, jadi berdebat biasa aja, tarik-tarikan," kata Novi.
Novi merahasiakan teman kos-nya itu. Ia hanya menyatakan bahwa dirinya tak senang dipaksa pulang karena ia masih mau keluar. Maka sejak Kamis pagi, Novi berkeliling daerah kos-nya dengan taksi. "Aku inget, pokoknya tiba-tiba dari kos itu aku dibawa sama polisi," katanya.
Novi merasa warga agak berlebihan membawanya ke polisi. Sebab, ia tidak merasa mengganggu ketertiban dan hanya berdebat dengan temannya.
Dia tidak berharap kejadian ini samÂpai mengakibatkan dirinya diperiksa polisi.
"Ya malulah, gini-gini aja. Kan kita nggak berharap sampai polisi datang. Tapi ternyata polisi datang ya," ungkap Novi.
Sambil tertawa, Novi juga mengaku bosan berurusan dengan polisi lagi. Dia berharap kejadian ini tak terulang lagi. "Wah sudah biasa banget, sampai bosan juga ya," celetuknya.
Di tempat terpisah. Suhardi, ayahanda Novi seolah tidak heran dengan tingkah laku anaknya yang kerap berteriak-teriak hingga membuat heboh orang-orang sekitar.
"Ia dia memang suka begitu (teriak-teriak sendiri). Memang anaknya sudah depresi sejak lama," ungkap Suhardi.
Novi sudah dilanda depresi, sejak mengadu nasib di Jakarta. "Ya semenjak ke Jakarta itu dia suka depresi. Kalau di sini (kampung) dia nggak suka begitu kok. Biasa-biasa saja," tuturnya.
Seiring dengan hal itu, Suhardi menÂgakui sempat ragu memberi izin kepada bungsu dari enam bersaudara itu untuk ke Jakarta. "Agak ragu sih kemarin pas dia minta izin. Tapi anaknya keras, nggak bisa dilarang. Akhirnya dia berangkat sendiri siang-siang," jelasnya.
"Iya dia pamit ke Jakarta tiga bulan lalu. Bilangnya ada kerjaan," tambahnya.
Sebelum ke Jakarta, sudah enam bulan Novi menetap di kampung halamannya, Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Namun, Novi tidak mempunyai pekerjaan tetap saat itu.
Suhardi pun mengaku belum mengeÂtahui anaknya saat ini berada di panti sosial. Nantinya, ia akan berembuk denÂgan keluarga untuk memutuskan langkah selanjutnya yang akan diambil.
"Saya belum tahu (Novi di panti). Ya nanti kita keluarga berembuklah ini gimana Novi," ucapnya.
"Iya, nanti kalau misalnya sudah dibawa ke kampung, saya nggak mau kasih izin dia ke Jakarta lagi," pungkasÂnya. ***