"Setiap film tentu memiliki benang merah dan pesan positif di dalamnya yang bisa dipetik oleh para penonton. Secara pribadi, tentu saja saya ingin film ini bisa ditonton oleh anak-anak sekolah dan juga mahasiswa luas, agar bisa menjadi sebuah ingatan kuat di pemikiran mereka ke depannya. Agar nantinya bisa menolak segala praktik dan cara-cara tidak baik dalam berpolitik," terang Lola kepada wartawan di Jakarta belum lama ini.
"Sehingga generasi muda kedepannya bisa memperbaiki bangsa ini secara utuh, jujur dan bersih," tambahnya.
Melihat realita banyaknya politisi yang ditahan karena kasus korupsi, politisi yang terlibat kandal seks, ancaman menjatuhkan pemerintah, saling serang antar lembaga negara membuatnya tertantang untuk membuat film dengan tema politik yang nyaman, enak dinikmati dan bermakna.
Dengan film ini pula Lola Amaria berharap bisa membantu menumbuhkan kesadaran sosial betapa bahayanya penyakit korupsi jika dibiarkan terus-menerus.
Proses pembuatan film yang memakan waktu kurang lebih 1 tahun ini sempat mengalami hambatan karena terkena dampak letusan gunung Kelud. Abu vulkanik yang menyelimuti seluruh kota Yogyakarta dan sulit dibersihkan dalam waktu singkat, sempat membuat kru berdebat panjang apakah syuting akan tetap dilanjutkan atau berhenti.
Film Negeri Tanpa Telinga besutan Lola, didukung oleh aktor senior Ray Sahetapy, Lukman Sardi, Gary Iskak, T. Rifnu Wikana, Tanta Ginting dan pendatang baru Jenny Zhang.
[did]