Sore hingga malam hari ini, Atiqah Hasiholan (31) dan Rio Dewanto (25) akan melaksanakan prosesi pernikahan di Pulau Kelor yang berada dalam kawasan cagar budaya Onrust, Kepulauan Seribu.
Lokasi pernikahan yang berada di tengah pulau dengan kondisi cuaca yang belum menentu ini, memaksa Atiqah dan Rio harus menyewa banyak pawang hujan. Pawang itu dipakai agar tidak ada hujan selama pernikahan berlangsung.
Bupati Kepulauan Seribu Asep Syarifudin menjelaskan, awal pekan ini dirinya sudah mulai memerintahkan sejumlah pawang hujan untuk melakukan ritual mencegah hujan turun di akhir pekan nanti.
“Kami sudah menggelar acara selametan, Senin kemarin bersama para pawang hujan,†kata Asep.
“Insya Allah, besok (hari ini) cuacanya baik,†sambungnya yang tidak menyebutkan jumlah pawang hujan.
Meski begitu, Atiqah dan Rio mengaku tetap menyiapkan rencana cadangannya jika saja turun hujan. “Ada plan B, seperti payung. Apapun yang terjadi, cerah atau hujan, bagi kami adalah berkah,†tutur Atiqah.
Ibundanya, aktivis Ratna Sarumpaet pun menyampaikan hal senada. “Kalaupun nanti terjadi hujan, ya tetap jalan. Itu berkah buat kami,†ucap Ratna.
Dia berharap, pernikahan anaknya tidak berlangsung mewah. Ia menyadari bahwa kehidupan puterinya sebagai bintang film terkait kehidupan yang glamour.
“Semua pasti pengen di tempat yang istimewa. Kalau dari sisi saya yang saya sembunyikan selama ini, saya khawatir anak saya ini yang juga bintang, membuat pesta yang wah. Pasti untuk orang seperti saya akan kesulitan,†ungkap Ratna.
Rio lantas menceritakan konsep pernikahannya dengan Atiqah, pasangannya di film
Hello Goodbye.“Awalnya, saya dan Atiqah ingin melangsungkan sebuah dream wedding. Sebuah pernikahan yang indah, intim, dan sederhana,†tukasnya.
Selama kurang lebih enam bulan nyari tempat, akhirnya mereka menemukan Pulau Kelor. Keduanya bertemu Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahok dan menyampaikan keinginan untuk menggunakan Pulau Kelor.
“Alhamdulillah, Pak Ahok memberikan jawaban positif. Dibantu Bapak Bupati Kepulauan Seribu, Dinas Pariwisata dan semua pihak, akhirnya semua berjalan baik,†kata Rio.
“Impian saya dan Rio ada dua, yaitu menikah di tempat yang bersejarah dan di alam terbuka. Sekian lama mencari, akhirnya kami menemukan Pulau Kelor yang memiliki menara Mortello,†timpal Atiqah.
Tidak ada resepsi besar yang akan digelar pasangan ini. Melainkan hanya prosesi akad nikah. Bagaimana dengan upacara adat?
“Tidak ada acara adat, namun ada acara mangulosi. Dalam adat Batak, hal itu penting karena bentuk doa dari orangtua untuk anak,†kata Atiqah.
Dalam tradisi adat ini dilakukan proses pengalungan kain ulos sebagai simbol pemberian berkat dan perlindungan.
Umumnya orang akan memilih gaun berwarna putih untuk pakaian pernikahan. Hal tersebut dilakukan karena lazimnya warna putih mewakili nilai kesucian dan kesakralan. Namun, Atiqah lebih memilih gaun berwarna merah untuk hari pernikahannya tersebut.
“Untuk konsep baju desain saya pakai karya bunda Anne Avantie. Bajunya warna merah karena waktu diskusi dengan bunda Anne dilihat warna bangunannya oranye bata, bagusnya kalau pakaiannya putih kalau tidak yang warnanya berani sekalian,†jelas Atiqah. [Harian Rakyat Merdeka]