Perseteruan Ardina Rasti dan Eza Gionino memasuki babak baru. Belum juga bersua di pengadilan, keduanya sudah terlibat masalah bukti dan kesaksian palsu. Isu terbaru ini dicuatkan Fendi, orang yang mengaku bekas pembantu di rumah Rasti.
Fendi, salah satu saksi yang dihadirkan di Polres Jakarta Selatan dalam kasus kekerasan oleh Eza beberapa waktu lalu. Menurut Fendi, dia dipaksa untuk memberikan keterangan palsu bahwa dirinya melihat Eza menganiaya Rasti.
“Padahal dia (Fendi) hanya mendengar ada keributan. Waktu itu kejadian sekitar pukul 04.00 WIB, Eza mengetuk pintu dan dibukakan oleh saksi. Setelah itu masuk kamar dan mendengar ada keributan,†ungkap kuasa hukum Fendi, Riandra Y Disastra, akhir pekan lalu.
Dijelaskan pula keterangan palsu Fendi yakni tentang barang-barang yang rusak saat keributan tersebut. “Misalnya pintu yang rusak, nggak seperti itu. Pintu dan kursi masih baik-baik saja,†bebernya.
“Bukti BlackBerry itu bukan punya Rasti, nggak sama seperti yang dipakai Rasti. BB Rasti itu
casing-nya berwarna-warni,†sambung Riandra.
Fendi akhirnya memutuskan berhenti bekerja dengan Rasti. Apalagi, setelah tahu dampak kebohongannya ini kekasih majikannya, Eza, ditahan.
“Saksi iba pada Eza, kok sampai ditahan karena pembohongan. Dia kasihan dan memutuskan berhenti jadi pembantu Rasti dan ingin memberikan keterangan,†tambah Riandra.
Jumat lalu, Fendi mendatangi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Ini lantaran dirinya takut dengan ancaman yang disampaikan via telepon dan SMS. Sayangnya, Riandra tidak bisa menunjukkan bukti ancaman tersebut.
“Ancaman itu dilakukan setelah Fendi bilang mau mengatakan yang sebenarnya terjadi. Ancaman ini berupa SMS dan telepon dari nomor yang tak dikenal,†ucap Riandra.
“Keterangan yang diberikan klien kami adalah arahan dari pihak Rasti. Dia diarahkan, misalnya lu bilang mbak Rasti dipukul mas Eza, dua menit saja,†imbuhnya.
Pengakuan Fendi langsung dibantah Rasti. Menurut kuasa hukumnya, Aldi Firmansyah, Rasti hanya memberi dukungan kepada Fendi agar berkata yang sejujurnya.
“Pada saat bertemu dengan penyidik kita bilang, kamu harus jujur apa yang kamu lihat, bilang saja. Begitu juga dengan penyidik (memberi dukungan),†ungkap Aldi.
“Dia bilang nggak pernah melihat kejadian itu, tapi sering mendengar, nggak pernah bilang pernah melihat. Kita bilang ceritakan apa adanya jangan takut, harus jujur,†lanjutnya.
Saat itu merupakan komunikasi terakhir antara Rasti dan Fendi. Setelah diperiksa penyidik, Fendi pun menghilang.
“Dia kabur, dia bilang takut memberi keterangan karena tak mau merugikan salah satu pihak. Dia kabur ke Malang, belum sempat BAP (Berita Acara Pemeriksaan),†ujarnya.
Namun, polisi tampaknya langsung memberi surat panggilan untuk Fendi. Setelah itu, Fendi pun akhirnya mau memberi kesaksian setelah dibuat BAP.
“Dari keterangan penyidik di BAP, dia nggak lihat tapi hanya mendengar. Dari keterangan itu, polisi sudah menyimpulkan bukti yang cukup sehingga Eza langsung ditahan,†jelasnya.
Aldi pun menegaskan, pihaknya hanya ingin Fendi berkata jujur. Tidak ada teror maupun ancaman.
“Intinya kita ingin dia berkata jujur. Saksi lain juga memang tak melihat secara langsung, tapi mendengar. Kita memang apa adanya, polisi menyimpulkan tanpa ada tekanan karena bukti itu cukup,†tandas Aldi.
Fendi diketahui sebagai orang yang diperkenalkan Eza ke Rasti untuk menjadi pembantu rumah tangga di rumahnya. Sebelum memberi kesaksian, Fendi mengirim SMS kepada Rasti.
“Yang saya tahu, Rasti sempat terima SMS yang bilang, mohon maaf saya pergi dari rumah. Tapi, saya nggak tahu apakah Rasti balas atau bagaimana,†tutur Aldi seraya menyebut bahwa isu Fendi bersaksi palsu itu merupakan usaha pengalihan isu. [Harian Rakyat Merdeka]