Peristiwa menarik itu terjadi di acara
Trade Conference 2013, di Hotel Borobudur, JaÂkarta, kemarin. Maklum, belakangan ini seruan agar pemerintah Indonesia menguÂrangi bahkan menyetop impor produk hortikultura semaÂkin nyaring terdengar.
Dubes Marciel meÂngaÂtakan, impor seharusnya tidak selalu diÂmusuhi. Atas dasar itu, dirinya selalu memÂperÂmaÂsalahÂkan setiap upaya proteksi impor.
“Orang bicara perdagangan haÂnya membahas ekspor, seÂdangÂkan impor sering dipandang neÂgatif. Sementara impor bisa meÂningkatkan daya saing. BahÂkan perusahaan yang tidak meÂmiliki saingan akan kehilangan daya kompetitif,†kata Marciel.
Marciel menunjuk Hong Kong sebagai contoh negara yang berÂhasil menerapkan sistem perdaÂgangan bebas tanpa memÂproÂteksi produk impor. MeÂnurutnya, neÂgara tersebut makÂmur karena berÂhasil mengelola impor.
Hubungan perdagangan InÂdoÂnesia dengan AS belakangan ini memang sedikit kurang baik. AkÂhir tahun lalu, AS meÂlayangkan surat ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memÂprotes kebiÂjakÂan pemerintah InÂdonesia memÂbatasi produk horÂtikultura dari hewan dan tuÂrunannya.
Menanggapi celotehan MarÂciel, Gita mengatakan, impor memang bisa membawa angin poÂsitif sepanjang bisa membantu perÂÂtumbuhan perdagangan. MeÂnuÂrutnya, hal itu dapat terÂcapai jika barang yang diimpor kebaÂnyakan barang modal.
“Jika yang diimpor adalah baÂhan baku dan barang modal, berÂarti banyak pabrik dibuka dan Indonesia semakin merangkak naik dalam rantai nilai perÂdaÂgaÂngan dunia,†kata Mendag.
Gita menyindir sikap AS yang mempersoalkan kebijakan pemÂbatasan impor pemerintah InÂdoÂnesia. Dia menuding, AS terlalu senÂsitif dengan sikap proteksi negara lain.
“Negeri Adidaya ini kurang paÂham esensi perdaÂgangan yang adil. Konon lebih banyak orang Amerika yang lebih percaya UFO dibanding
fair trade,†sindirnya.
Usai acara, Gita menerangkan, sinÂdirian yang disampaikannya tersebut tidak hanya ditujukan untuk Dubes AS. Tetapi juga para delegasi dari negara lain.
Gita menegaskan, Indonesia tidak khawatir neraca perÂdaÂgaÂngan defisit. Sebab, penyebab deÂfisit adalah impor produk minyak dan gas (migas) yang tidak terlalu memiliki nilai tambah.
“Kita defisit tidak masalah seÂlama impor membawa hasil yang positif untuk maÂsyaÂraÂkatÂ,†tuÂtur bekas bos JP Morgan itu.
Soal gugatan AS ke WTO, Gita menyatakan siap mengÂhaÂdapinya. Kemendag sudah meÂnyiapkan tim. “Indonesia akan berhati-hati memberikan jaÂwaban. Karena Indonesia telah menjadi bagian dari komunitas inÂternaÂsional deÂngan keikutÂserÂtaannya dalam orÂganisasi seperti APEC,†ujarnya.
Gita mengatakan, dirinya suÂdah mengajak Amerika berunÂding. Tujuannya, agar masalah itu tidak ricuh dan melahirkan maÂÂsalah baru. “Saya sudah meÂnyamÂpaikan pada pemerintah AS dan IndoÂnesia, bila komitmen keÂdua neÂgara tersebut harus kuat daÂlam menindaklanjuti pembaÂtasan imÂÂpor hortikultura,†kata Gita.
Amerika memiliki pandangan berbeda tentang kebijakan pemÂbatasan. Menurut Gita, pandaÂngan itut harus diluruskan agar tidak salah paham. Pihaknya siap menyelesaikan perbedaaan panÂdangan dengan jalur diskusi dan musyawarah. [Harian Rakyat Merdeka]
BERITA TERKAIT: