Leylarey Lesesne, Dilarang Aja Nekat Apalagi Dilegalkan
Aktris Leylarey Lesesne tidak setuju dengan wacana legalisasi ganja meskipun dengan alasan kepentingan medis. Menurut dia, jika ganja diÂlegalkan, maka peredaran narkoba akan semakin tak terkendali di Indonesia.
“Aku tak setuju ya dengan wacana itu (legalisasi ganja). Karena efeknya sebagai zat adiktif itu, kalau dilegalkan bisa-bisa semakin tak terkontrol perÂedarannya,†kata Leylarey kepada
Rakyat Merdeka, baru-baru ini.
Menurut perempuan berdarah Perancis-Sunda ini, masyarakat Indonesia belum siap jika peraturan pelegalan ganja diberlakukan. Pasalnya, masih banyak orang yang menyalahgunakan zat adiktif seperti ganja atau shabu tersebut.
“Kayaknya belum saatnya jika ganja dilegalkan. Soalnya masih banyak orang yang menyaÂlahÂgunakan barang tersebut. Takutnya kalau dileÂgalkan malah semakin banyak orang yang meÂnyalahguÂnakan dan justru semakin berani,†papar pemain film
Not For Sale ini.
Ley, sapaannya, menjelaskan, memang ada negara yang melegalkan zat adiktif untuk alasan medis. Namun menurut perempuan kelahiran Jakarta, 17 Juli 1990 ini, dibutuhkan pengawasan yang ketat agar tidak diselewengkan.
“Setahu aku, di Belanda ada aturan khusus dalam menggunakan zat adiktif. Tapi dengan pengawasan yang ketat sehingga tak mudah disalahgunakan. Kalau di Indonesia kan dilarang aja masih banyak yang pake,†ungkapnya.
Yuanita Christiani, Bisa Merusak Generasi MudaPresenter Yuanita ChrisÂtiaÂni tak sepakat jika ganja diÂlegalkan. Menurut dia, ganja adalah jenis narkoba yang memÂbuat penggunanya akan kecanduan dan merusak otak sehingga perlu diberantas.
“Jika dilegalkan aku khawaÂtir malah akan merusak geÂnerasi anak bangsa ke depan,†kata Yuanita saat ditemui
RakÂyat MeÂrdeka di Senayan City, Jakarta, beberapa hari lalu.
Karena bisa merusak jiwa, Nita, sapaan akrabnya, menduÂga para penggagas ganja legal bisa saja ditunggangi para peÂngedar narkoba.
“Aku nggak tahu siapa ya yang gagas. Aku rasa yang meÂmiliki ide itu mungkin peÂmaÂkai atau bahkan pengeÂdar. Jadi aku menoÂlak. Suatu yang akan merugikan maÂsyaÂrakat kenapa harus kita duÂkung,†papar perempuan berÂwajah oriental ini.
Perempuan kelahiran JakarÂta, 14 April 1986 ini berharap, peÂmerintah tegas menolak ide tersebut. Dia pun mengajak maÂsyarakat agar memerangi narÂkoba di lingkungan sekiÂtarnya.
“Kita ikut juga mensoÂsiaÂlisakan bahaya narkoba. MuÂlai dari lingkungan terdeÂkat dulu, keluarga sampai lingÂkungan sekitar. Pastinya akan memberikan dampak yang luas buat masyarakat,†pungÂkasnya.
Anita Hara, Legal, Asal Untuk MedisPresenter sekaligus model Anita Hara menyetujui jika tanaman ganja dilegalkan untuk kebutuhan medis. Namun, ia berharap jangan sampai tanaman tersebut diperjualÂbelikan secara bebas.
“Karena kalau memang untuk penyakit dibutuhkan ya, kenapa nggak? Dilegalkan kalau untuk pengobatan aku setuju. Asalkan jaÂngan diperdagangkan bebas untuk diperjualbelikan,†papar Anita.
Pengalaman sanak saudaranya yang pernah dirawat di rumah sakit, menjadi alasan Anita kenapa zat adiktif tersebut dibutuhkan untuk kesehatan. Namun, presenter ketuÂruÂnan Jerman itu menuntut pemeÂrintah mengawasi ketat jika ganja benar-benar dilegalkan.
“Mungkin harus ada peraturan tertulis yang benar-benar dan tegas. Dan harus ketat distribusinya ke dokter-dokter atau rumah sakit yang memang butuh,†sarannya.
Valerina Daniel, Tak Ada Toleransi GanjaKarena bahaya ganja, pembaca berita Valerina Daniel meminta pemerintah harus tegas menolak legalisasi ganja.
“Harus nol, tidak boleh ada toleÂransi jika pemerintah ingin meÂniadakan potensi negatif dari ganja dan adiktif lainnya,†kata Valerina keÂpada
Rakyat Merdeka saat diÂtemui di Senayan City, Jakarta, baru-baru ini.
Perempuan bernama lengkap Valerina Novita Daniel ini minta peÂmerintah berpikir jernih sebelum memutuskan legalisasi ganja. KareÂna, katanya, dampak ganja sangat meÂrugikan.
“Terus terang saya tidak tahu penggagasnya. Tapi pemerintah waÂjib berhati-hati agar jangan sampai keÂcolongan. Harus dipikirkan damÂpaknya di masyarakat sehingga tiÂdak terperosok ke dalam hal-hal yang negatif dari keberadaan zat adiktif tadi,†beber Vale, sapaan Valerina.
Perempuan kelahiran Jakarta, 25 Nobember 1978 itu mengatakan, leÂgalisasi ganja sempat jadi polemik di sejumÂlah negara. Ada yang meÂleÂgalkan dengan alasan kesehatan, ada juga yang menolak.
“Ini kan masih dalam tahap disÂkusi, jadi masih menjadi polemik menimÂbulkan pro kontra. Kalau kita lihat misalnya di Amerika, hal ini menjadi konÂtroversi. Tapi di IndoÂnesia, meÂnurutku harus tegas ditoÂlak,†ceÂtusnya.
[RM]