Ganja Dilegalkan, Apa Kata Dunia...?

Minggu, 15 Mei 2011, 07:21 WIB
Ganja Dilegalkan, Apa Kata Dunia...?
Leylarey Lesesne-Yuanita Christiani-Anita Hara-Valerina Daniel
RMOL. Sekelompok orang yang menamakan diri sebagai Lingkar Ganja Nusantara (LGN) menggelar aksi mensosialisasikan manfaat ganja bagi kepentingan medis, Sabtu (7/5). Tujuannya, meminta agar ganja dilegalkan pemerintah. Wacana itu langsung mengundang dari reaksi berbagai pihak, tak terkecuali dari kalangan artis. Berikut pendapat mereka.

Leylarey Lesesne, Dilarang Aja Nekat Apalagi Dilegalkan

Aktris Leylarey Lesesne tidak setuju dengan wacana legalisasi ganja meskipun dengan alasan kepentingan medis. Menurut dia, jika ganja di­legalkan, maka peredaran narkoba akan semakin tak terkendali di Indonesia.

“Aku tak setuju ya dengan wacana itu (legalisasi ganja). Karena efeknya sebagai zat adiktif itu, kalau dilegalkan bisa-bisa semakin tak terkontrol per­edarannya,” kata Leylarey kepada Rakyat Merdeka, baru-baru ini.

Menurut perempuan berdarah Perancis-Sunda ini,  masyarakat Indonesia belum siap jika peraturan pelegalan ganja diberlakukan. Pasalnya, masih banyak orang yang menyalahgunakan zat adiktif seperti ganja atau shabu tersebut.

“Kayaknya belum saatnya jika ganja dilegalkan. Soalnya masih banyak orang yang menya­lah­gunakan barang tersebut. Takutnya kalau dile­galkan malah semakin banyak orang yang me­nyalahgu­nakan dan justru semakin berani,” papar pemain film Not For Sale ini.

Ley, sapaannya, menjelaskan, memang ada negara yang melegalkan zat adiktif untuk alasan medis. Namun menurut perempuan kelahiran Jakarta, 17 Juli 1990 ini, dibutuhkan pengawasan yang ketat agar tidak diselewengkan.

“Setahu aku, di Belanda ada aturan khusus dalam menggunakan zat adiktif. Tapi dengan pengawasan yang ketat sehingga tak mudah disalahgunakan. Kalau di Indonesia kan dilarang aja masih banyak yang pake,” ungkapnya.

Yuanita Christiani, Bisa Merusak Generasi Muda

Presenter Yuanita Chris­tia­ni tak sepakat jika ganja di­legalkan. Menurut dia, ganja adalah jenis narkoba yang mem­buat penggunanya akan kecanduan dan merusak otak sehingga perlu diberantas.

“Jika dilegalkan aku khawa­tir malah akan merusak ge­nerasi anak bangsa ke depan,” kata Yuanita saat ditemui Rak­yat Me­rdeka di Senayan City, Jakarta, beberapa hari lalu.

Karena bisa merusak jiwa, Nita, sapaan akrabnya, mendu­ga para penggagas ganja legal bisa saja ditunggangi para pe­ngedar narkoba.

“Aku nggak tahu siapa ya yang gagas. Aku rasa yang me­miliki ide itu mungkin  pe­ma­kai atau bahkan penge­dar. Jadi aku meno­lak. Suatu yang akan merugikan ma­sya­rakat kenapa harus kita du­kung,” papar perempuan ber­wajah oriental ini.

Perempuan kelahiran Jakar­ta, 14 April 1986 ini berharap, pe­merintah tegas menolak ide tersebut. Dia pun mengajak ma­syarakat agar memerangi nar­koba di lingkungan seki­tarnya.

“Kita ikut juga menso­sia­lisakan bahaya narkoba.  Mu­lai dari lingkungan terde­kat dulu, keluarga sampai ling­kungan sekitar. Pastinya akan memberikan dampak yang luas buat masyarakat,” pung­kasnya.

Anita Hara, Legal, Asal Untuk Medis

Presenter sekaligus model Anita Hara menyetujui jika tanaman ganja dilegalkan untuk kebutuhan medis. Namun, ia berharap jangan sampai tanaman tersebut diperjual­belikan secara bebas.

“Karena kalau memang untuk penyakit dibutuhkan ya, kenapa nggak? Dilegalkan kalau untuk pengobatan aku setuju. Asalkan ja­ngan diperdagangkan bebas untuk diperjualbelikan,” papar Anita.

Pengalaman sanak saudaranya yang pernah dirawat di rumah sakit, menjadi alasan Anita kenapa zat adiktif tersebut dibutuhkan untuk kesehatan. Namun, presenter ketu­ru­nan Jerman itu menuntut peme­rintah mengawasi ketat jika ganja benar-benar dilegalkan.

“Mungkin harus ada peraturan tertulis yang benar-benar dan tegas. Dan harus ketat distribusinya ke dokter-dokter atau rumah sakit yang memang butuh,” sarannya.

Valerina Daniel, Tak Ada Toleransi Ganja

Karena bahaya ganja, pembaca berita Valerina Daniel meminta pemerintah harus tegas menolak legalisasi ganja.

“Harus nol, tidak boleh ada tole­ransi jika pemerintah ingin me­niadakan potensi negatif dari ganja dan adiktif lainnya,” kata Valerina ke­pada Rakyat Merdeka saat di­temui di Senayan City, Jakarta, baru-baru ini.

Perempuan bernama lengkap Valerina Novita Daniel ini minta pe­merintah berpikir jernih sebelum memutuskan legalisasi ganja. Kare­na, katanya, dampak ganja sangat me­rugikan.

“Terus terang saya tidak tahu  penggagasnya. Tapi pemerintah wa­jib berhati-hati agar jangan sampai ke­colongan. Harus dipikirkan dam­paknya di masyarakat sehingga ti­dak terperosok ke dalam hal-hal yang negatif dari keberadaan zat adiktif tadi,” beber Vale, sapaan Valerina.

Perempuan kelahiran Jakarta, 25 Nobember 1978 itu mengatakan, le­galisasi ganja sempat jadi polemik di sejum­lah negara. Ada yang me­le­galkan dengan alasan kesehatan, ada juga yang menolak.

“Ini kan masih dalam tahap dis­kusi, jadi masih menjadi polemik menim­bulkan pro kontra. Kalau kita lihat misalnya di Amerika, hal ini menjadi kon­troversi. Tapi di Indo­nesia, me­nurutku harus tegas dito­lak,” ce­tusnya.   [RM]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA