Bintang film Kinaryosih termasuk yang ngedumel tahu kabar film asing bakal menghilang. Kinar mengaku baÂnyak mengambil manfaat dari film asing. Salah satunya dia bisa belajar akting.
“Aku sangat prihatin mendengarnya dan sekaligus sedih. Karena selama ini, film luar aku jadikan patokan aku akÂting. Aku banyak belajar dari sana mesÂki ada juga beberapa film Indonesia yang lama,†kata Kinar.
Kinar berharap, ada solusi cerdas agar film asing tetap beredar, tapi pajaknya tetap dinaikkan demi memajukan film Indonesia.
“Mudah-mudahan film InÂdoÂnesia menjadi lebih baik, lebih baÂnyak dan berkualitas. Lewat film kita juga tahu bagaimana dunia luar, bukan Indonesia saja,†ujar Kinar.
Artis lain, Jessica Iskandar, mencoba arif menyikapi usulan Menbudpar Jero Wacik yang menaikkan pajak film asing. Ia melihat sisi positifnya karena untuk kemajuan film Indonesia.
“Baguslah, mungkin ini untuk menÂdukung kemajuan film Indonesia. MuÂdah-mudahan dua-duanya bisa tetap taÂyang,’’ harapnya saat ditemui di Studio RCTI Jakarta, kemarin
Menurut wanita yang akrab disapa Chika ini, kenaikan pajak sesuatu yang wajar demi membangun perfilman Indonesia. Namun, ia juga menyayangkan bila dampak kebijakan itu akan berpengaruh terhadap tutupÂnya bioskop ternama seperti 21, XXI, atau Blitz Megaplex.
“Wah, susah ya kalau begitu, kasihÂan. Coba diambil jalan tengahnya. KaÂrena kalau cuma ada film Indonesia, kaÂsihan bioskopnya. Kan tidak semua orang menikmati film Indonesia,’’ ucap pemain film
Dealova tersebut.
Sutradara kondang Hanung Bramantyo mengatakan, renÂcana pemerintah menaikkan pajak film impor dan membebaskan pajak film loÂkal adaÂlah salah kaprah. Justru tindakan itu diÂanggap langkah yang tidak mengeÂtahui masalah perfilman nasional.
“Siapa bilang? (untuk film nasional) kalau ada yang ngomong ini demi perÂfilman nasional? Itu adalah orang yang nggak tahu apa yang sebenarnya terÂjadi pada perfilman nasional,†teÂrangnya.
Sebagai insan film, Hanung tak mau pajak 0 persen atau keriÂnganan yang lain. Yang dia minta adaÂlah memperluas jaringan bioskop agar distribusi film lebih banyak.
“Satu hal lagi, pemerintah telah memÂbunuh hak warga negara Indonesia untuk menonton film Amerika. Itu pelanggaran hak, orang nonton film itu seperti nonton budaya. Emangnya nonÂton film Amerika dosa?†pungkasÂnya.
[RM]