Perang Dagang Mulai Mencair, AS-China Sepakat Pangkas Tarif

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/alifia-dwi-ramandhita-1'>ALIFIA DWI RAMANDHITA</a>
LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA
  • Senin, 12 Mei 2025, 15:56 WIB
Perang Dagang Mulai Mencair, AS-China Sepakat Pangkas Tarif
Ilustrasi/Net
rmol news logo Ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China mulai mencair setelah kedua negara adidaya itu menyepakati pemangkasan tarif timbal balik dan penghentian sementara tindakan saling balas yang selama ini mengguncang perekonomian global.

Kesepakatan diumumkan pada Senin 12 Mei 2025 waktu setempat, usai pertemuan tatap muka antara pejabat senior ekonomi AS dan delegasi China yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng di Jenewa, yang merupakan pertemuan langsung pertama sejak Donald Trump kembali ke Gedung Putih pada Januari lalu. 

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyampaikan bahwa kedua pihak sepakat menerapkan jeda 90 hari terhadap kebijakan tarif agresif mereka. Dalam periode tersebut, tarif perdagangan akan dipangkas lebih dari 100 poin persentase menjadi hanya 10 persen.

"Kedua negara mewakili kepentingan nasional mereka dengan sangat baik. Kami berdua memiliki kepentingan dalam perdagangan yang seimbang, AS akan terus bergerak ke arah itu," " kata Bessent kepada wartawan, dikutip dari Reuters.

Pernyataan tersebut disampaikan bersama Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer. Keduanya menyebut ada kemajuan signifikan dalam memperkecil jurang perbedaan antara Washington dan Beijing, dengan membuka peluang meredakan perang dagang yang selama ini membebani rantai pasok global.

Sejak menjabat kembali awal tahun ini, Trump menaikkan bea masuk terhadap produk asal Tiongkok menjadi 145 persen—melanjutkan kebijakan keras yang sempat ia terapkan dalam masa jabatan pertamanya dan diperluas oleh pemerintahan Joe Biden.

Sebagai balasan, Beijing pun memberlakukan pembatasan ekspor tanah jarang - komoditas krusial bagi industri militer dan teknologi tinggi di AS - serta menaikkan tarif terhadap barang-barang Amerika hingga 125 persen.

Pertarungan tarif itu telah membekukan perdagangan dua arah senilai hampir 600 miliar Dolar AS, memicu PHK di sejumlah sektor, memperparah ketidakpastian pasar, dan menebar kekhawatiran akan potensi resesi global.

Pasar merespons positif kesepakatan tersebut. Bursa berjangka Wall Street langsung menguat dan Dolar AS naik terhadap sejumlah mata uang safe haven, seiring harapan bahwa pembicaraan damai ini bisa mencegah perlambatan ekonomi dunia yang lebih dalam. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA