Dalam cetak biru kebijakan tahunan yang dikenal sebagai "No. 1 central document", Dewan Negara Tiongkok menguraikan rencana untuk meningkatkan sistem penghargaan dan subsidi bagi daerah penghasil biji-bijian utama.
Tiongkok berencana mempromosikan industrialisasi budidaya bioteknologi, termasuk pengembangan alat pengeditan gen dan varietas baru gandum, jagung, kedelai, dan rapeseed.
Dikutip dari
Xinhua, Senin 24 Februari 2025, fokus kebijakan ini adalah mencapai swasembada dan stabilitas pasokan untuk mengantisipasi potensi gangguan perdagangan pertanian dengan negara-negara seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Kanada.
Meskipun Tiongkok telah menyetujui penanaman kedelai, gandum, dan jagung hasil rekayasa genetika, implementasinya masih terbatas dan diawasi ketat.
Selain itu, Tiongkok juga akan memantau dan mengatur kapasitas produksi babi serta mendukung industri sapi potong dan sapi perah. Pemerintah juga mendorong lembaga keuangan untuk meningkatkan pendanaan guna revitalisasi pedesaan.
Tiongkok telah membangun sekitar 66,7 juta hektar lahan pertanian berstandar tinggi pada akhir tahun 2024, dengan jaringan irigasi yang membentang sepanjang 10 juta kilometer, jarak yang setara dengan mengelilingi ekuator Bumi sebanyak 250 kali.
Produksi biji-bijian raksasa ekonomi itu mencapai rekor tertinggi 706,5 juta metrik ton tahun lalu, naik 1,6 persen dari tahun 2023.
BERITA TERKAIT: