Laporan menyebutkan, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida bersiap mundur pada September mendatang dan tidak akan maju dalam pemilihan mendatang. Kabar ini kemudian berpadu dengan rilis data sentimen bisnis bidang manufaktur yang sedikit melemah untuk bulan Agustus. Berkombinasi dengan bekal rilis data indeks harga grosir di Amerika Serikat sebelumnya, investor akhirnya kesulitan untuk melanjutkan aksi akumulasi lebih masif. Kenaikan indeks Nikkei akhirnya hanya berada di rentang moderat hingga sesi perdagangan ditutup.
Sementara dari Korea Selatan dilaporkan, tingkat pengangguran yang turun menjadi 2,5 persen dan merupakan yang terendah sejak Oktober 2023. Rilis data tingkat pengangguran tersebut kemudian mendapatkan sambutan lumayan dari pelaku pasar. Gerak indeks di Asia secara keseluruhan terkesan terjebak di rentang moderat.
Indeks Nikkei (Jepang) naik 0,58 persen dengan menutup di 36.442,43, sementara indeks KOSPI (Korea Selatan) melonjak 0,88 persen di 2.644,5 dan indeks ASX200 (Australia) terangkat 0,31 persen di 7.850,7. Hijaunya sesi perdagangan di Asia juga berlanjut hingga sesi pembukaan perdagangan di Eropa, di mana seluruh indeks terlihat kompak menginjak zona penguatan dalam rentang moderat.
Situasi lebih bersemangat terlihat di Bursa Saham Indonesia, di mana gerak IHSG berhasil membukukan lonjakan tajam. IHSG terpantau konsisten menapak zona penguatan signifikan sejak sesi perdagangan pagi. Gerak menguat IHSG semakin meyakinkan di pertengahan sesi perdagangan sore. IHSG kemudian menutup sesi dengan melambung 1,08 persen di 7.436,0. Gerak naik IHSG bahkan sempat menjangkau posisi 7.445,6 atau mendekati titik tertingginya sepanjang sejarah yang dicetak pertengahan Maret lalu di 7.454.
Pantauan lebih rinci memperlihatkan, lonjakan IHSG yang disokong secara hampir merata Saham unggulan di berbagai sektor. Hampir seluruh saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan melonjak dalam rentang yang bervariasi. BBRI naik 2,11 persen di Rp4.820, BMRI naik 1,07 persen di Rp7.075, BBNI naik 1,93 persen di Rp5.275, ASII naik 2,73 persen di Rp4.890, ISAT naik 5,0 persen di Rp11.550, INDF naik 2,76 persen di Rp6.500, TLKM naik 0,35 persen di Rp2.860, SMGR naik 1,5 persen di Rp4.060, serta ICBP naik 1,56 persen di Rp11.350. Saham unggulan hanya menyisakan BBCA dan ADRO yang turun akibat koreksi teknikal.
Rupiah Jauhi Level Rp16.000 per Dolar ASKinerja mengesankan IHSG kali ini semakin menggembirakan dengan laporan dari pasar uang. Nilai tukar Rupiah secara mengejutkan kembali mampu membukukan penguatan tajam di tengah gerak terbatas mata uang Asia. Hingga sesi perdagangan sore ini berlangsung, Rupiah tercatat diperdagangkan di kisaran Rp15.675 per Dolar AS atau melonjak 0,97 persen. Pantauan juga menunjukkan, Rupiah yang sempat menginjak kenaikan hingga lebih dari 1 persen.
Sementara gerak mata uang Asia secara keseluruhan terlihat cenderung untuk menguat dalam rentang moderat. Penguatan tajam Rupiah tercatat hanya disaingi oleh Ringgit Malaysia yang menguat 0,58 persen, sedangkan mata uang Rupee India dan Dolar Hong Kong bahkan masih bergulat di zona pelemahan tipis.
Catatan RMOL menunjukkan, gerak menguat Rupiah sesungguhnya seiring dengan lonjakan mata uang utama Dunia yang menguat signifikan pada sesi perdagangan Selasa malam kemarin. Namun penguatan tajam Rupiah tetap mengejutkan. Pelaku pasar terlihat sangat bertaruh dengan rilis data inflasi Amerika Serikat pada malam nanti waktu Indonesia Barat.
Tinjauan teknikal yang dimuat dalam ulasan sebelumnya juga memperlihatkan, gerak nilai tukar Euro, Poundsterling, Dolar Australia dan Dolar Kanada yang telah mampu menembus level psikologisnya masing-masing. Sentimen ini sepertinya dijadikan momentum bagi Rupiah untuk semakin menjauhi level psikologisnya di kisaran Rp 16.000 per Dolar AS. Rilis data inflasi AS malam nanti, akan menjadi pertaruhan penting bagi Rupiah untuk mampu konsisten menjauhi level psikologis tersebut atau bahkan menjangkau level psikologis berikutnya di kisaran Rp15.000 per Dolar AS.
BERITA TERKAIT: