Perusahaan pelayaran asal Denmark yang menjadi salah satu perusahaan terbesar di dunia itu dikabarkan telah memangkas 6.500 karyawan, dan akan memberhentikan 3.500 pekerja lagi tahun ini.
Pemotongan gabungan itu akan mengurangi jumlah tenaga kerja perusahaan hingga 10.000 orang, yang akan terjadi dalam delapan minggu ke depan.
Hal tersebut terjadi setelah Maersk melaporkan pendapatan hasil kuartal ketiganya yang menurun hampir setengah pada akhir pekan lalu menjadi 12 miliar dolar (Rp 187 triliun), dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Industri kami menghadapi kondisi normal baru dengan permintaan yang lemah, harga kembali sejalan dengan tingkat historis dan tekanan inflasi pada basis biaya kami," kata Kepala Eksekutif Maersk Vincent Clerc dalam pernyataan yang dikutip dari
CNN International, Selasa (7/11).
Saat ini, sektor pelayaran diketahui tengah mengalami penurunan harga hingga lebih dari 50 persen. Menurut Drewry Shipping yang berbasis di London, biaya gabungan pengiriman kontainer berukuran 40 kaki di delapan rute global utama hanya Rp 21 juta pada pekan lalu, atau turun 54 persen dibandingkan tahun lalu.
Maersk juga mengatakan pihaknya memperkirakan laba setahun penuh hanya akan berada pada batas bawah kisaran 9,5 miliar dolar (Rp 148 triliun) hingga 11 miliar dolar (Rp 171 triliun).
Hal tersebut menjadi tanda bahwa terdapat penurunan dalam sektor pelayaran yang didorong oleh pandemi, yang akan menuju kehancuran.
BERITA TERKAIT: