BI Wajib Pelototi Potensi Pembalikan Arah Rupiah

Mata Uang Garuda Diramal Bangkit Sepanjang Pekan Ini

Kamis, 15 Maret 2018, 10:05 WIB
BI Wajib Pelototi Potensi Pembalikan Arah Rupiah
Foto/Net
rmol news logo Sepanjang Rabu kemarin, rupiah terus mengalami penguatan. Bank Indonesia (BI) meyakini, berbagai indikator ekonomi dalam negeri, turut menunjang penguatannya. Teru­tama cadangan devisa (cadev), meski mengalami sedikit penu­runan akibat intervensi rupiah, namun jumlahnya dinilai masih sangat mencukupi.

Berdasarkan kurs tengah Ja­karta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, nilai tukar rupiah kemarin, menyentuh po­sisi Rp 13.739 per dolar AS atau terapresiasi 18 poin (0,13 persen) dari posisi Rp 13.757 per dolar AS pada Selasa (13/3). Sementa­ra di pasar spot, pergerakan nilai tukar rupiah terpantau menguat 17 poin atau 0,12 persen ke level Rp 13.735 per dolar AS.

Kepala Departemen Pengelo­laan Moneter BI Doddy Zulverdi mengatakan, pada pekan ini nilai tukar rupiah relatif stabil dan menunjukkan tren positif akibat sentimen global mulai berkurang.

"Pagi ini kembali menguat Rp 13.730 di sekitar itu kisarannya. Tentu kami berupaya agar tren positif ini terus bertahan sesuai fundamental," kata Doddy di acara bincang-bincang media (BBM) di Jakarta, kemarin.

Doddy bilang, fluktuasi nilai tukar rupiah yang terjadi bela­kangan ini lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal, mulai dari Presiden AS, Donald Trump yang mengeluarkan kebijakan tarif bea masuk baja dan alumu­nium, hingga ekspektasi pasar global yang memprediksi kenai­kan suku bunga bank sentral AS (The Fed).

Tetapi saat ini, lanjut Doddy, berbagai sentimen global terse­but mulai mereda dan membuat mata uang Garuda cenderung bangkit. Terlebih didukung adanya perkembangan dinamika politik dan ekonomi di AS, seperti rencana Presiden AS, Donald Trump yang akan bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Republik Demokratik Rakyat Korea Utara Kim Jong-un.

"Kalau ini terjadi, tentu akan positif dan akan membantu mengurangi tekanan rupiah. Kami berharap rupiah akan semakin menguat,"  imbuhnya.

Meski begitu, Bank Sentral melihat tren penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS saat ini masih dianggap belum sesuai dengan kondisi fundamen­tal dalam negeri. Ditanya berapa idealnya nilai rupiah, Doddy enggan menyebutkannya.

"Saya tidak bisa sampaikan angkanya, level (nilai tukar) sebelum tekanan di Januari 2018 itu mungkin masih sesuai funda­mental, tapi itu dinamis sesuai perkembangan," terang Doddy.

BI menyebut, nilai tukar mata uang Garuda ini mengalami pelemahan sekitar 0,27 persen hingga 14 Maret 2018. Hal ini terutama disebabkan gejolak di pasar keuangan global. Pele­mahan nilai tukar mata uang Garuda lebih minim dibanding beberapa negara lain di dunia.

"Rupiah memang masih sedikit melemah, namun dibandingkan negara high yield coun­try, pelemahan rupiah ini masih cukup minim dan lebih terjaga," katanya.

Menurut Doddy, hanya Afrika Selatan yang pelamahan mata uangnya lebih rendah dari Indonesia yaitu hanya sekitar 0,17 persen. Sementara negara lainnya seperti Turki mata uang­nya telah melemah 0,32 persen, Brazil 0,28 persen dan Rusia 0,49 persen.

Direktur Departemen Pengelolaan Moneter BI Rahma­tullah menambahkan, BI menilai penguatan rupiah akan berlanjut dalam sepekan. Stabilnya nilai tukar rupiah sudah berlangsung selama sepekan dan berada di atas nilai fundamentalnya.

Di sisi lain, kata Reza, adanya pernyataan dari Bank In­donesia di mana pelemahan rupiah tidak mencerminkan fun­damental ekonomi Indonesia dan perkiraan terhadap kebi­jakan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIMP) yang dapat memperkuat ekspansi perbankan, memberikan senti­men positif pada rupiah.

"Rupiah diharapkan dapat mempertahankan tren kenaikan­nya meski tipis," tuturnya.

Reza bilang, rupiah diesti­masikan akan bergerak pada kisaran support Rp 13.774 dan resisten Rp 13.739 per dolar AS. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA