Inalum Sanggup Produksi 500.000 Ton Alumunium

Jadi Induk Holding Tambang

Senin, 05 Maret 2018, 09:31 WIB
Inalum Sanggup Produksi 500.000 Ton Alumunium
Foto/Net
rmol news logo Pasca-menyandang status sebagai induk dari holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang pertambangan sejak akhir Tahun 2017, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau PT Inalum mengemban tanggung jawab besar dari negara. Makanya perseroan berusaha untuk meningkatkan hasil produksi.

Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin mengung­kapkan dalam waktu tiga tahun diproyeksikan perusahaan bisa meningkatkan produksi alumu­nium. Rencananya, Inalum ingin meningkatkan produksi menjadi 500.000 ton pada 2021.

Rencana tersebut tentu bukan tanpa dasar, karena melihat kapasi­tas yang dihasilkan perseroan tiap tahunnya menunjukkan pening­katan maka Inalum berani menar­getkan 500.000 ton dalam jangka waktu kurang dari lima tahun.

"Peningkatan produksi kita itu pada Tahun 2017 sudah lebih dari 25 persen dibanding 2016," jelasnya dalam keterangannya kepada Rakyat Merdeka, akhir pekan lalu.

Untuk sekarang ini PT Inalum sanggup memproduksi sekitar 250.000-260.000 ton aluminium pada Tahun 2017.

Ia mengatakan, keuntungan yang didapat pada tahun 2017 sekitar Rp 1 triliun. Budi juga menegaskan, jika kapasitas peru­sahaan digenjot bisa menghasil­kan produksi lebih tinggi lagi. "Secara jangka panjang, Inalum juga menargetkan total produksi aluminium mencapai dua juta ton per tahun," tegasnya.

Target produksi yang sangat besar itu menurutnya perlu didu­kung oleh kemampuan pabrik Smelting Plant di Kuala Tanjung dan pabrik di Kalimantan Utara. Dalam rencana bisnis Inalum, Kalimantan Utara akan mem­produksi aluminum hingga men­capai satu juta ton per tahun.

Adapun pemerintah menarget­kan produksi Inalum bisa men­capai 2 juta ton pada 2025.

Saat ini, kebutuhan aluminium diperlukan untuk berbagai sektor, antara lain mendukung industri konstruksi termasuk transmisi dalam proyek pembangkit lis­trik 35 ribu megawatt, otomotif, perkapalan, infrastruktur maupun produk rumah tangga.

Melihat sangat dibutuhkannya alumunium bagi sektor industri maka PT Inalum mengejar target untuk busa memenuhi kebutuhan aluminium dalam negeri.

Apalagi perusahaan sudah menjadi holding BUMN industri pertambangan sejak 29 November 2017 lalu. Sebagai induk holding maka perusahaan perlu mening­katkan kapasitas produksi.

Sejak menjadi holding BUMN, Budi mengaku memiliki tiga amanah baru yang harus diker­jakan Inalum.

Pertama, penguasaan cadangan dan sumber daya mineral dan batubara Indonesia. Langkah yang akan dilakukan antara lain membeli existing asset untuk meningkatkan kapasitas produksi Inalum.

"Kedua, hilirisasi produk dan kandungan lokal, Indonesia memiliki kandungan bauksit yang cukup banyak, dari bauksit jadi alumina, alumina kemudian aluminium, harusnya kita bisa kelola sendiri karena bisa menam­bah nilai ekonomi dan membuka lapangan kerja," terang Budi.

Langkah ketiga, Inalum ingin menjadi perusahaan kelas dunia. Budi kembali menegaskan, untuk mewujudkan langkah tersebut ka­pasitas produksi aluminium harus ditingkatkan.

Dalam rencana bisnisnya, per­seroan bakal menggenjot untuk produksi di Kalimantan Utara. Di sana Inalum akan memproduksi aluminum sebanyak 1 juta ton per tahun.Pemerintah berjanji untuk mendukung penyerapan hasil industri alumunium dalam negeri. Artinya pemerintah bakal berupa­ya mengurangi impor alumunium melalui peningkatan produksi dalam negeri yang ditargetkan sebesar 1,5-2 juta ton pada 2025.

Untuk mendorong produk­tivitas alumunium lokal, Ke­menterian Perindustrian terus berupaya agar industri yang sudah ada dapat berekspansi atau menarik investasi baru.

Batasi Produk Impor

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elek­tronika (ILMATE), Kemenperin Harjanto menyampaikan salah satu strategi menggenjot industri aluminium dalam negeri adalah dengan menerapkan standar nasional Indonesia (SNI) yang belum ada di produk aluminium. Langkah itu diharapkan dapat mengerem masuknya produk im­por yang tidak sesuai standar.

"Kami juga akan menyusun da­tabase produk yang sudah dibuat di dalam negeri dan melakukan kontrol jumlah yang diimpor se­cara periodik, ciptakan iklim usa­ha yang kondusif, menjalankan program hilirisasi industri guna meningkatkan nilai tambah," un­gkapnya di Jakarta kemarin.

Harjanto menyebutkan pentingnya menggenjot produksi alu­minium ini sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN). Dalam hal ini, PT Indonesia Asa­han Aluminium (Persero) salah satu PSN yang tengah diakselerasi pengembangannya. Apalagi, In­alum memikul amanah penting dari negara sebagai induk dalam hold­ing BUMN pertambangan. *** 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA