Startup Wajib Melantai Di Bursa

Perusahaan Bakal Untung

Jumat, 02 Maret 2018, 08:34 WIB
Startup Wajib Melantai Di Bursa
Foto/Net
rmol news logo Pemerintah terus beru­paya mendorong perusahaan rintisan (startup) melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) atau go public di Tanah Air. Selain menguntungkan peru­sahaan, IPO juga menguntung­kan negara dan rakyat.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan, ban­yak manfaat yang didapat startup dengan IPO di dalam negeri. Pertumbuhan bisnis startup menghasilkan pajak. Masyarakat juga bisa membeli sahamnya di dalam negeri, tanpa harus ke luar.

"Saya selalu mendorong startup, apalagi yang sudah unicorn untuk melakukan IPO di Tanah Air. Ini akan banyak memberi manfaat," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Rudiantara menyebut, be­berapa startup sudah membi­carakan rencana IPO dengan pemerintah maupun otoritas terkait. Proses IPO sendiri cukup membutuhkan waktu sehingga rencana tersebut masih dipertimbangkan dan dipersiapkan secara matang oleh masing-masing unicorn.

"Saya harus ketemu, apa yang menyebabkan mereka enggak mau IPO. Ayo kita bicarakan dengan pemerintah, ayo kita bicarakan dengan bursa, OJK," ujarnya.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulis­tio mengatakan, perusahaan rintisan yang akan IPO boleh mencatat kerugian, asal per­syaratan administratif legal harus rapi. Selain itu, perusa­haan juga harus menjabarkan rencana lima tahun ke depan. Dari rencana tersebut, dalam jangka waktu dua tahun harus sudah membukukan profit.

Saat ini BEI sedang mem­proses perubahan regulasi yang mana peraturan lama yang dibuat 2014 belum me­mikirkan era startup. Ada tiga alternatif syarat bagi pe­rusahaan rintisan yang akan melakukan IPO, yakni net tan­gible aset (NTA), kapitalisasi pasar, dan pendapatan.

Selain tiga alternatif terse­but, BEI juga mengadvokasi agar program maupun aset in­telektual yang dimiliki startup bisa dikapitalisasi. Untuk hal ini, menurut Tito, dibutuhkan lembaga khusus.

Meski demikian, Tito belum bisa memprediksi, jumlah perusahaan startup yang akan tercatat di BEI pada tahun ini. Namun, secara total BEI menargetkan 35 IPO pada tahun ini.

Adapun dari unicorn startup yang ada di Indonesia, tiga di antaranya telah melakukan pembicaraan terakit IPO den­gan BEI. Mereka kini tengah melakukan pembenahan di internal. "Ada beberapa dari mereka yang bilang bahwa akan untung di tiga, empat, atau lima tahun lagi. Silahkan bicara ke kita," ujar Tito.

Sebelumnya, President dan Co-Founder Go-Jek An­dre Soelistyo mengatakan, perseroan tertarik untuk melakukan IPO. Namun, ada beberapa regulasi yang wajib dipenuhi salah satunya laporan keuangan.

"Di luar negeri, IPO lebih fleksibel soal perusahaan profit atau perusahaan bisa memi­liki kelas saham yang berbeda apakah itu kepemilikan atau holding. Itu wacana untuk kami sampaikan ke regulator agar lebih fleksibel," kata Andre

Andre lebih lanjut mengata­kan, pihak Go-Jek tentu ingin go public. "Keinginan sudah ada, kalau regulator sudah bisa menyesuaikan, kami akan senang sekali," ujar Andre.

Lebih lanjut, Andre menga­takan, dirinya berharap Go-Jek bisa go public lebih cepat. Dengan demikian, konsumen atau driver kami bisa jadi pe­megang saham. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA