"Tantangan buat Pertamina tidak hanya faktor eksternal. Harus dilihat secara internal juga, apakah tata kelola sudah rapi, pareto kontribusi efisiensi terhadap keuntungan balancingnya bagaimana. Karena di era dirut sebelumnya, berhasil genjot efisiensi,†jelas Aktivis Rumah Gerakan 98 Sulaiman Haikal dalam rilis tertulisnya, Selasa (2/1).
Menurut dia, untuk jangka pendek ini Pertamina harus membuktikan bahwa produksi Blok Mahakam meningkat dan cost per MMbtu menjadi turun.
"Jika ke dua hal tersebut tidak tercapai agak sulit Pertamina mendapatkan Blok Rokan," ujarnya.
Blok Rokan akan habis kontraknya pada tahun 2021. Menurut Haikal, BUMN Migas ini harus mempersiapkan sumber dayanya sedini mungkin jika ingin mengelola Blok Rokan.
Haikal menjelaskan, pengelolaan penuh Blok Mahakam oleh Pertamina merupakan kompensasi pemerintah atas biaya BBM satu harga.
"Juga kompensasi atas kehilangan pendapatan karena harga premium & bio solar tidak mengalami perubahan hingga April tahun ini," tambah mantan ketua PIJAR ini.
Selain blok Mahakam, Pertamina juga mendapatkan aset dari enam blok migas yang kontraknya habis 2018. Adapun blok migas yang akan dikelola Pertamina tahun 2018 adalah blok Sanga-Sanga yang dioperatori Virginia Indonesia Co LLC, blok South East Sumatera yang dioperatori CNOOC SES Ltd, blok Tengah oleh Total E&P Indonesie, blok East Kalimantan yang dioperatori Chevron Indonesia Company, dan blok Attaka yang sebelumnya dioperatori Inpex Corporation.
Sementara itu, tiga blok lain yang terdiri dari blok North Sumatera Offshore (NSO) dan dua blok berbentuk Joint Operating Body (JOB) Tuban dan Ogan Komering sebelumnya sudah dikerjakan oleh Pertamina.
[wid]
BERITA TERKAIT: