Untuk itu, diperlukan peningkatan kompetensi sumber daya manusia agar mampu menghadapi tantangan digitalisasi, sekaligus menangkap peluang yang ada.
"Salah satu kunci pengembangannya adalah mengasah keterampilan, termasuk berbahasa Inggris," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto kepada wartawan, Minggu (5/11).
Menurutnya, pasar ekonomi digital di Indonesia saat ini mencapai nilai USD 11 miliar, dan diproyeksi meningkat jadi USD 110 miliar dalam lima tahun ke depan. Karena itu, industri digital dapat mendongkrak perekonomian nasional.
Kemenperin telah melaksanakan program strategis dalam upaya meraih potensi tersebut melalui pendidikan vokasi. Konsep yang diusung adalah link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan dengan industri. Tujuannya untuk menghasilkan para tenaga kerja yang sesuai kebutuhan dunia industri saat ini.
"Pertumbuhan industri ditentukan oleh tiga faktor yaitu investasi, teknologi dan SDM. Ketersediaan SDM industri yang kompeten akan mendorong peningkatan produktivitas dan menjadikan industri lebih berdaya saing," jelas Airlangga.
Kemenperin juga fokus pada peningkatan fasilitas di SMK melalui kerja sama dengan industri, sehingga bisa setara antara materi praktik dan proses produksi di perusahaan.
"Selain itu, kami mulai memperbaiki kurikulum SMK dalam program vokasi ini," ujar Airlangga.
Seluruh unit pendidikan di lingkungan Kemenperin telah memiliki spesialisasi bidang industri tertentu dan didukung dengan sarana penunjang. Seperti ruang workshop, laboratorium, dan Teaching Factory yang sesuai dengan industri.
"Kami juga lengkapi dengan Lembaga Sertifikasi Profesi dan Tempat Uji Kompetensi untuk penyelenggaraan sertifikasi kompetensi," kata Airlangga.
Saat ini, Kemenperin memiliki sembilan SMK, sembilan politeknik, dan satu akademi komunitas yang telah menjadi rujukan bagi pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia, karena berhasil membangun sistem pendidikan yang benar-benar berbasis kompetensi serta link and match dengan dunia industri.
[wah]
BERITA TERKAIT: