Hal tersebut dikatakan Sekretaris LPS Samsu Adi Nugroho. Ia mengatakan, outlook tren penuÂrunan bunga simpanan hingga akhir 2016 tidak akan setajam di tujuh bulan pertama tahun ini. Sebab, makin terbatasnya ruang pelonggaran kebijakan moneter, serta pertumbuhan kredit yang mulai membaik.
"Selain itu, keberadaan SBN (Surat Berharga Negara) ritel yang makin berlimpah di pasar menjadi kompetitor langsung bagi dana pihak ketiga (DPK) perbankan. Sehingga berpotensi menahan penurunan suku bunga simpanan lebih dalam," terangÂnya di Jakarta, kemarin.
LPS mencatat rata-rata suku bunga deposito acuan bank tuÂrun lagi sebesar 8 basis points (bps) menjadi 6,41 persen per 4 Agustus 2016 dibandingkan posisi akhir Juni 2016 senilai 6,49 persen.
Laporan indikator likuiditas oleh LPS yang terbit bulan ini mencatat, penurunan bunga deÂposito terjadi pada batas atas dan batas bawah. Misalnya, rata-rata bunga maksimum turun 18 bps menjadi 7,29 persen, serta bunga minimum yang turun 3 bps ke level 5,48 persen.
Sementara, sambung Samsu, penurunan suku bunga pasar yang terjadi sejak Februari 2016 terlihat lebih tajam. Penurunan suku bunga deposito tersebut didorong perlambatan pertumÂbuhan ekonomi dan penurunan BI rate hingga empat kali di semester I-2016.
Senada, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah menuturkan, tanpa menyebutkan angka, ada ruang bagi LPS untuk memangkas bunga penjaminan karena bank mulai menurunkan bunga. Karena level LPS rate tidak akan naik, sehingga tentu bunga penjaminan akan menurun.
LPS juga mencatat arah suku bunga deposito perbankan berada di bawah tingkat suku bunga LPS. Tercermin dari semakin sedikit bank yang menawarkan bunga di atas bunga penjaminan yaitu 6,75 persen untuk rupiah dan 0,75 persen untuk valuta asing (valas). "Sebenarnya masih ada bank yang memberikan bunga deposito di atas LPS rate, tapi jumlahnya sedikit," ucap Halim.
Bankir mengamini sinyal penurunan suku bunga yang diberikan BI dan LPS. Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Haru Koesmahargyo mengakui, pihaknya berencana menurunkan suku bunga deposito sebesar 25 bps. Saat ini bunga deÂposito BRI sebesar 7 persen.
"Pasti kami turunkan, tapi ada deposito yang belum jatuh tempo. Rata-rata deposito yang dimiliki kami jatuh tempo dalam dua bulan hingga tiga bulan," kaÂtanya kepada
Rakyat Merdeka.Tak jauh berbeda, Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo menÂgatakan, Mandiri juga akan menyesuaikan bunga deposito. Cuma untuk suku bunga deposÂito special rate akan sulit turun karena persaingan dana-dana besar cukup ketat.
Kata Tiko, bank besar harus bersaing dengan bank kecil salam menghimpun dana. Di mana bank kecil masih mematok bunga deÂposito spesial di level 8-9 persen. "Untuk bunga deposito spesial rate kami masih di kisaran 7,25 persen," imbuhnya.
Namun Tiko memastikan, pihaknya akan mengikuti keÂtentuan maksimal bunga penÂjaminan untuk deposito dengan nominal di bawah Rp 2 miliar. "Yang tidak dijamin LPS, akan mengikuti maksimal
capping bunga dari OJK," tuturnya.
Sementara Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo melihat, bank sebeÂnarnya masih memiliki ruang untuk kembali memangkas suku bunga deposito. Pasalnya, sejak kemarin BI telah menggunakan acuan BI
7 days reverse repo rate, di mana acuan bunga ini lebih rendah dari BI rate.
"Nah, bunga deposito bank akan turun seiring pelaksanaan suku bunga acuan BI seven days. (Penurunan) suku bunga deposito dan bunga kredit masih terbuka sangat lebar terutama bunga kredit. Paling tidak tren penurunan bunga deposito akan sama dengan penurunan bunÂga deposito sepanjang Januari hingga Juni 2016 sebesar 80 bps pasca BI rate turun 100 bps," tutup Perry. ***
BERITA TERKAIT: