Bakal Miskin, Pemuda Ogah Jadi Petani

Senin, 15 Agustus 2016, 08:18 WIB
Bakal Miskin, Pemuda Ogah Jadi Petani
Foto/Net
rmol news logo Terus menurunnya tingkat kesejahteraan petani, membuat generasi muda enggan men­jadi petani. Kondisi ini jelas mengancam upaya pemerintah mencapai kedaulatan pangan. Pemerintah diminta segera mengeluarkan kebijakan khusus agar generasi muda tertarik menjadi petani.

Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah menu­turkan, hasil kajian yang di­lakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, masyarakat pedesaan me­nyumbang angka kemiskinan terbesar dibandingkan dengan masyarakat perkotaan.

"Hal ini menunjukkan, sek­tor pertanian yang menjadi mata pencaharian masyarakat pedesaan belum mampu me­nyejahterakan para petani," katanya di Jakarta.

Hasil kajian yang dilakukan KRKP menunjukkan bahwa 63 persen anak petani padi dan 54 persen anak petani hortikultura tidak ingin menjadi petani. Sementara pada sisi orang tua menunjukkan bahwa sekitar 50 persen para orang tua petani padi dan 73 persen para orang tua petani hortikultura tidak menginginkan anak-anaknya menjadi petani.

Menurut Said, tidak dimi­natinya sektor pertanian oleh para kaum muda berdampak pada penurunan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian se­banyak 3,15 juta dalam kurun waktu empat tahun yakni dari tahun 2010 sampai 2014. "Para petani kita saat ini didominasi oleh para orang tua yang rata-rata usianya 45 tahun ke atas," sebutnya.

Data KRKP juga menun­jukkan, akses dan paparan informasi pertanian di antara anak muda masih sangat ren­dah. Hal ini lebih disebabkan oleh sektor pertanian yang dipandang sebagai sektor tidak menguntungkan.

Said mengusulkan agar pe­merintah mengeluarkan kebi­jakan yang khusus menyasar generasi muda terkait upaya peningkatan pengetahuan generasi muda tentang berba­gai hal di bidang pertanian.

Selain itu, dibutuhkan pem­benahan pendidikan pertanian seperti pendidikan vokasi un­tuk mendorong tenaga kerja berpendidikan masuk di sek­tor pertanian. "Padahal ban­yak juga anak muda yang berhasil di pertanian. Ajang pemilihan Duta Petani Muda ini diharapkan jadi terobosan untuk mengangkat cerita-cerita positif yang ditakutkan anak muda di seluruh Nusantara," tandasnya.

Direktur Program Keadilan Ekonomi Oxfam Indonesia, Dini Widiastusi memapar­kan, dalam kurun 2003-2013 jumlah rumah tangga tani berkurang sebanyak lima juta. Angka ini berimplikasi pada keberlanjutan usaha sektor per­tanian di Indonesia. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA