“Kalau bisnis kertas biasa nggak mungkin. Kita masuk kerÂtas spesial, seperti bidik kerÂtas spesial atau kertas berÂharÂga,†ujar Direktur Utama KerÂtas Leces Budi KusÂmarÂwoto, kemarin.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu saat ini masuk daÂlam posisi dhuafa alias sakit seÂÂcara keuangan. Meski masih berÂproduksi, kinerja keuangan perÂseroan dalam posisi naik turun.
Sampai-sampai, ungkap Budi, gaji karyawan hingga diÂreksi haÂrus dicicil bahkan kadang sama sekali tidak bisa dibayarkan.
“Masih beroperasi tetapi tidak
full setiap hari. Untuk proÂduksi kita kerja sama dengan investor untuk buat kertas. Bisa berÂhenti seminggu nanti proÂduksi dua minggu,†ungkapnya.
Budi bersedia menerima gaji pas-pasan bahkan pernah tidak sama sekali karena beberapa pertimbangan. Meski pernah diminta bekerja di perusahaan asing dengan gaji tinggi tapi Budi menolak. Dia lebih meÂmilih mengabdi untuk menyeÂhatkan perseroan yang tengah bermasalah secara keuangan.
“Saya dulu di PLN. Saya ditugasi Pak Dahlan ke Leces. Saat itu saya ditawari kerja di perusahaan luar negeri tapi pilih Leces. Sama seperti karÂyaÂwan, saya kadang nggak teÂrima gaji. Bahkan pernah terima gaji seperempat,†katanya.
Menurutnya, perseroan saat ini berproduksi tidak menentu, yaitu ketika ada pekerjaan maka pabrik berproduksi. Tapi jika tidak ada
order, maka karyawan terpaksa dirumahkan.
Saat ini, Budi mengatakan, total karyawan berjumlah 1.100 orang. Karyawan yang masih ada itu bekerja
shift. “Kita bayarkan kalau ada pekerjaan. Tapi harus persetuÂjuan pengurus PKPU,†ujarnya.
Untuk diketahui, Kertas Leces saat ini sedang dalam proÂses PKPU karena utang-utang yang harus diselesaikan. PKPU ini merupakan bagian dari program penyelamatan perseroan dari kesulitan keuangan.
Budi mengaku, perseroan akan menggandeng daerah terÂtinggal dan terisolir untuk menanam pohon yang akan dimanfaatkan menjadi bahan baku kertas khusus.
Ia mengklaim, program yang sekarang dijalankan Kertas Leces sejalan dengan rencana pengentasan kemiskinan yang digagas Presiden Jokowi. ***