Musim Kemarau Bikin Harga Cabe Kian Melambung

Pasokan Ke Pasar Induk Menurun

Selasa, 21 Oktober 2014, 09:31 WIB
Musim Kemarau Bikin Harga Cabe Kian Melambung
cabe merah
rmol news logo Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat dampak kemarau sudah terasa ke hasil pangan nasional. Hal ini di­tandai melonjaknya beberapa har­ga bahan pokok di pasar tradisional.

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Srie Agustina me­ngatakan, salah satu sayuran yang mengalami kenaikan harga yaitu cabe rawit merah. Penye­bab ke­naikan yakni menurunnya pa­sokan ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur.

”Sejauh ini cabe berpengaruh dan harga relatif tinggi karena ke­ma­rau membuat pasokan ke pasar in­duk berkurang,” ujarnya, kemarin.

Berdasarkan data Kemendag, harga cabe rawit merah menga­lami kenaikan 1,59 persen. Saat ini har­ganya berkisar Rp 31.973 per kg.

Selain itu, komoditas lain yang juga mengalami kenaikan yaitu bawang merah. Harganya men­capai Rp 20.148 per kg atau naik 0,81 persen. Sementara harga bawang putih naik 0,43 persen menjadi Rp 16.209 per kg.

Dikatakan pula, kenaikan ini juga dialami kedelai lokal. Harganya naik 0,46 persen men­jadi Rp 10.833 per kg, gula pa­sir naik 0,23 dengan harga Rp 11.167 per kg dan beras naik 0,1 per­sen dengan harga Rp 8.821 per kg.

Namun beberapa komoditas juga mengalami sejumlah penu­ru­nan harga, antara lain cabe ra­wit besar turun 0,72 persen men­jadi Rp 31.770 per kg, cabe me­rah keriting turun 2,71 persen menjadi Rp 32.475 per kg, telur ayam turun 1,44 persen menjadi Rp 19.881 per kg, dan daging ayam turun 2,47 persen menjadi Rp 27.810 per kg.

Selain itu, daging sapi turun 0,9 persen menjadi Rp 100.070 per kg, kedelai impor turun 0,28 persen menjadi Rp 11.190 per kg, terigu turun 0,18 persen menjadi Rp 8.815 per kg dan minyak goreng curang turun 0,38 persen menjadi Rp 11.398 per liter.

“Ya kalau yang lain-lain sejauh ini masih stabil saja. Yang naik pun tidak lebih dari 3 persen. Kalau beras tidak masalah, ka­rena Bulog kan sudah punya me­kanisme untuk antisipasi pasar,” jelasnya.

Lima Juta Petani Tinggalkan Lahan

Koordinator Nasional Aliansi untuk Desa Sejahtera Tejo Wahyu Jatmiko mengatakan, dalam ku­run waktu 10 tahun sebanyak 5 juta lebih petani Indonesia me­ning­galkan lahan pertanian.

“Minimnya perhatian tulus dari pemerintah membuat 5,07 juta pe­tani meninggalkan lahan per­tanian selama tahun 2003 hingga 2013 dari jumlah total 31 juta pe­tani menjadi 26 juta petani yang sekarang,” katanya.

Data Badan Pangan Dunia juga menyebutkan, keluarga petani merupakan penghasil pangan dunia. Dari 570 juta hektar lahan pertanian, 500 juta dimiliki keluarga petani seluruh dunia. Mereka menghasilkan lebih dari 57 persen produksi pangan di dunia.

Tejo mengatakan, keluarga pro­dusen skala kecil memiliki pe­ran yang signifikan dalam me­ngentaskan kemiskinan dan ke­laparan.

Selain itu, keluarga pro­dusen juga tulang punggung k­e­daulatan pangan serta penge­lolaan alam se­cara berke­lanjutan. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA