Awas, Selama Puasa Peredaran Produk Makanan Kadaluarsa Tembus 75 Persen

Banyak Dijual Ke Daerah Untuk Hindari Pengawasan BPOM

Jumat, 11 Juli 2014, 10:17 WIB
Awas, Selama Puasa Peredaran Produk Makanan Kadaluarsa Tembus 75 Persen
ilustrasi, Makanan Kadaluarsa
rmol news logo Masyarakat diminta waspada membeli produk makanan dan minuman selama Ramadhan ini. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menemukan banyak produk makanan kadaluarsa.

Kepala BPOM Roy A Sparringa mengatakan, berdasarkan data yang dimiliki, jumlah produk makanan kadaluarsa di seluruh Indonesia mencapai 75 persen.
“Mulai sebelum Ramadan. Itu di luar gudang atau yang sudah dijual di pasar, 75 persen kadaluarsa,” ujarnya, kemarin.

Dia memaparkan, produk kadaluwarsa tersebut lebih banyak ditemukan sebagai makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat. Produk itu banyak beredar di daerah-daerah yang aksesnya jauh.

Roy memprediksi, banyaknya produk kadaluarsa yang dijual ke daerah karena pengawasannya kurang. “Mungkin saja tidak laku. Produk di sini dibuang ke sana yang pengawasannya kurang. Mungkin, tapi kami masih mendalaminya,” kata Roy.

Menurut dia, dari hasil temuan timnya atas produk makanan dan minuman sejak dimulainya Ramadan, ditemukan ada produk makanan dan minuman yang tidak layak edar dan tidak layak konsumsi senilai Rp 4 miliar.

Tahun lalu ilegal 50 persen, 40 persen kadaluarsa, sisanya rusak nilainya Rp 11,5 triliun. Tapi sampai hari kesembilan Ramadan ini atau tahun berjalan, nilainya Rp 4 miliar. Itu produk kadaluarsa, ilegal dan rusak.

Namun, Roy tidak bisa memastikan angka sampai akhir tahun meningkat atau tidak jika dibandingkan tahun sebelumnya. Sebab itu, pihaknya akan terus mengawasi produk-produk pangan yang sudah kadaluwarsa yang beredar di pasaran.

Dia mengklaim, BPOM sudah menyiapkan langkah antisipasi untuk menekan beredarnya produk kadaluwarsa di pasaran. Salah satunya dengan menyiapkan sanksi-sanksi bagi pelanggar. Mulai dari administrasi hingga kurungan penjara.

Selain itu, pihaknya juga menyediakan pembinaan bagi toko, supermarket dan pasar tradisional yang kedapatan menjual produk-produk ilegal.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengaku, selama Ramadan penjualan makanan dan minuman meningkat sangat tajam.

“Peningkatan 30 hingga 40 persen penjualan. Bahkan ada yang naik sampai 100 hingga 150 persen. Contohnya produk yang sifatnya manis seperti sirup, biskuit untuk buka puasa,” ujarnya.

Adhi berharap, kenaikan berlanjut terus sampai Lebaran dikarenakan efek dari Ramadan. Sedangkan efek Pemilu tidak terlalu banyak. Konsumsi juga dipengaruhi oleh perhelatan Piala Dunia 2014.

THR Bikin Kenaikan Tidak Memberatkan

Menteri Perdagangan (Mendag) M Lutfi memprediksi, harga pangan mengalami lonjakan kembali satu minggu menjelang Lebaran. Namun, kenaikannya tidak akan lebih dari 5 persen.

“Nanti ada kenaikan sedikit karena mau persiapan Lebaran. Mungkin sekitar 18 atau 19 Juli. Kalau naik sekitar 5 persen itu masih dianggap wajar,” ujarnya.

Untuk skala nasional, Lutfi mengklaim stok maupun harga komoditas pangan saat Ramadan dan jelang Idul Fitri dalam kondisi baik.

Bekas Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu mengaku, kenaikan harga tersebut tidak begitu berat karena banyak karyawan yang mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) dari perusahaan. Namun, pemerintah tetap menjaga agar kenaikan harga yang terjadi tidak terlalu tinggi. Dia berharap, kenaikan tidak lebih dari 10 persen.

Dia mengatakan, berdasarkan hasil kunjungan ke pasar tradisional, ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan. Komoditas tersebut antara lain, bawang merah yang tadinya Rp 28.000 turun menjadi Rp 26.000. Kemudian harga cabe merah dan keriting dan juga rawit mengalami penurunan. Harga daging ayam juga turun dari Rp 35.000 menjadi Rp 32.000.  ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA