Rapat Dewan Gubernur Tetapkan BI Rate 7,5 Persen

Jumat, 11 Juli 2014, 09:52 WIB
Rapat Dewan Gubernur Tetapkan BI Rate 7,5 Persen
Bank Indonesia (BI)
rmol news logo Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI), kemarin, memu­tuskan mempertahankan BI Rate 7,50 persen, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,50 persen dan 5,75 persen.

Kebijakan tersebut konsisten de­ngan upaya untuk mengarah­kan inflasi menuju ke sasaran sekitar 4,5 persen pada 2014 dan sekitar 4,1 persen pada 2015, serta me­nurunkan defisit transak­si berjalan ke tingkat yang lebih sehat.

Direktur Eksekutif Departe­men Komunikasi BI Tirta Segara dalam rilisnya menyatakan, BI menilai stabilitas makro ekonomi ma­sih terjaga di tengah proses penyesuaian struktur perekono­mian ke arah yang lebih seim­bang. Namun, ke depan masih ter­dapat sejumlah risiko dari ek­sternal dan domestik yang perlu diwaspadai yang dapat meng­ganggu tercapainya sasaran in­fla­si dan perbaikan kinerja tran­saksi berjalan.

“BI akan senantiasa memper­kuat bauran kebijakan moneter dan makro prudensial serta ke­bija­kan untuk memperkuat struk­tur perekonomian domestik dan pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN), khususnya ULN korpo­rasi,” katanya.

Selain itu, BI juga akan me­ningkatkan koordinasi kebijakan dengan pemerintah dalam pe­ngen­dalian inflasi dan defisit transaksi berjalan agar proses penyesuaian ekonomi dapat berja­lan baik de­ngan tetap menja­ga momentum pertumbuhan eko­nomi ke depan yang lebih sustainable.

Tirta menjelaskan, perbaikan ekonomi global masih berlanjut, namun lebih rendah dari perki­raan sebelumnya.  Hal itu terkait dengan revisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi AS me­nyusul data realisasi produk do­mestik bruto (PDB) AS triwu­lan I-2014 yang lebih rendah akibat cuaca dingin ekstrim yang me­landa negara tersebut.

Meskipun trend melambat, pemulihan ekonomi dunia tetap berjalan dan ditopang oleh mem­baiknya ekonomi negara-negara maju seiring masih berlanjutnya stimulus moneter. Sementara ekonomi negara berkembang cenderung melam­bat, terutama akibat proses rebalancing eko­nomi China.

Sejalan dengan itu, harga ko­moditas masih menunjukkan trenf penurunan. Ke depan, risiko perekonomian global akan terus diwaspadai. Antara lain terkait pelambatan ekonomi China dan normalisasi kebijakan the Fed.
Tirta mengatakan, pereko­no­mian domestik pada triwulan II- 2014 masih menunjukkan trend me­lambat. Meskipun masih tum­buh cukup kuat, konsumsi ru­mah tang­ga diperkirakan melambat. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA