Banyak prediksi, IHSG maupun nilai tukar rupiah masih belum akan stabil hingga Pilpres berakhir, baru kepastian akan terjawab. Rupiah kemarin ditutup menguat ke level Rp 11.800 per dolar AS. Sementara IHSG naik 15 persen ke level 4.921.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menuturkan, hal yang dilakukan investor saat ini hanyalah menunggu kepastian Pilpres. Sosok presiden terpilih diharapkan mampu menjadikan perekonomian Indonesia lebih baik khususnya bagi pasar modal. “Kalau market melihat terutama sekarang, mereka masih menunggu kepastian siapa presiden yang akan terpilih. Apakah Jokowi atau Prabowo. Pasar akan melihat sosok dan track record-nya seperti apa,†ujar Reza seperti dikutip Detikfinance, kemarin.
Anggota Komisi VI DPR Hasto Kristiyanto menyatakan, pasar saat ini melihat gelora dukungan spontan rakyat. Dikatakan, pelaku pasar saat ini tidak bisa melepaskan masalah politik dan persepsi. “Ketika persepsi itu memberikan signal kuat bagi kemenangan Jokowi, maka pasar pun bereaksi positif. Karena itu, ada penguatan rupiah dan penguatan indeks saham IHSG nyaris sentuh 5000,†timpal Wakil Sekjen PDIP ini.
Ditekankan pula, pelaku pasar juga mencatat, bahwa ditengah maraknya survei yang dijadikan alat perang, maka apa yang nampak pada Gerakan Rakyat Bicara di Gelora Bung Karno merupakan indikator terkuat di atas hasil survei. “Mereka datang dengan hati, tanpa keinginan jabatan menteri. Mereka menjadi kekuatan penggerak pemenangan, tanpa pernah dibayar. Mereka adalah kekuatan hati rakyat yang tidak pernah bisa dibungkam oleh uang,†ulasnya. Karena itulah pasar pun tidak bisa diam. Dia yakin, pasangan Jokowi-JK memberikan kepastian, bukan beban.
Sementara Reza melihat kedua pasang Calon Presiden dan Wakil Presiden (Capres dan Cawapres) Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa punya keunggulan masing-masing. Namun, tanpa bermaksud mendukung salah satu kubu, Reza menilai, sosok Jokowi-JK lebih bisa diterima pasar.
Sebelumnya, miliaran dolar investasi asing menunggu pada hasil pemilihan presiden. Baik Gubernur Jakarta Joko “Jokowi†Widodo maupun Prabowo mendorong agenda nasionalis, didasari pada persepsi-persepsi populer. Namun Prabowo terlihat paling keras dalam agenda nasionalistiknya, sementara Jokowi dianggap sebagai pengelola yang lebih handal dan selalu turun tangan. Nama teratas dalam daftar investor asing dengan dana besar untuk digunakan adalah Foxconn Technology Group. ***