Pemerintah, Bangun Segera Kilang Minyak!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-1'>ADE MULYANA</a>
LAPORAN: ADE MULYANA
  • Jumat, 20 Juni 2014, 16:09 WIB
Pemerintah, Bangun Segera Kilang Minyak<i>!</i>
rmol news logo Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria mengatakan pembangunan kilang sangat mendesak untuk meningkatkan ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan impor BBM dari negara tetangga. Menurut dia, Indonesia pantas iri dengan Singapura yang tidak memiliki sumur minyak, namun memiliki kilang-kilang besar yang besar.

"Bahkan Indonesia harus membeli minyak dari kilang Singapura dan terus-menerus bergantung kepada pasokan BBM dari negeri itu. Ini memang menyedihkan," dalam keterangan tertulisnya (Jumat, 20/6).

Dia mengatakan, kebutuhan BBM yang  bergantung dari negara luar dan dibeli dari Nasional Oil Company (NOC) yang selalu sama menimbulkan dugaan pasokan BBM bagi negeri ini diatur dan dikuasai oleh pihak dan negara tertentu saja.

"Meskipun sudah dinyatakan clear oleh hasil audit BPK tapi tidak bisa secara otomatis  menghapus dugaan ada peran negara dan pihak tertentu dibelakangnya," katanya.

Dia menyayangkan langkah pemerintah yang belum memberikan persetujuan pembangunan kilang yang diajukan oleh Pertamina. Pembangunan kilang tidak bisa dilakukan sendiri oleh BUMN minyak itu karena membutuhkan anggaran yang besar. Karena itu, diperlukan dukungan dan persetujuan pemerintah.

"Wajar jika banyak publik menduga ada mafia minyak yang mengganjal pembangunan kilang," katanya.

Sofyano mencatat kapasitas kilang Indonesia saat ini mencapai  1,2 juta barel per hari (bph). Sedangkan produksi minyak Indonesia yang dapat diolah di kilang dalam negeri hanya sekitar 649 ribu bph. Angka ini masih jauh di bawah konsumsi BBM domestik yang mencapai kisaran 1,5 juta bph.

Angka ini jauh dibandingkan kapasitas kilang Singapura. Negeri Merilon itu saat ini menjadi pemilik kilang terbesar di Asia Tenggara. Kilang-kilangnya dimiliki Exxon Mobil Jurong Island Refinery dengan kapasitasnya 605 ribu bph, Singapore Refinery Company Jurong Island Refinery kapasitas 285 bph, dan Shell Pulau Bukom Refinery berkapasitas 458 ribu bph.

"Produksi kilang Indonesia juga kalah dibanding Malaysia. Negeri jiran itu mampu memproduksi di atas 800 ribu bph. Padahal tingkat konsumsi BBM-nya hanya sekitar 600 bph," jelasnya.

Dengan keterbatasan produksi minyak nasional dan impor adalah satu-satunya jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan BBM domestik. Menurutnya, saat ini nilai transaksi pengadaan minyak dan BBM Indonesia terus meroket hingga triliunan rupiah.

Menurutnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai impor BBM pada April 2014 2,35 miliar dolar AS secara akumulasi Januari-April 2014, impor hasil minyak sudah mencapai 9,1 miliar dolar AS. "Jika dibiarkan akan terus menggerogoti keuangan negara. Karena itu, pemerintah baru harus bisa membangun kilang baru demi ketahanan energi nasional," tandasnya.[dem]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA