“Perusahaan yang melakukan integrasi sapi sawit itu nggak banyak, baru 5 dari 1.500 hingga 2.000 perusahaan kelapa sawit. Tetapi kan begini, kalau mau menerapkan apa tujuannya. Kalau pelosok melakukan ini susah juga, tidak mudah,†ungkap Direktur Tanaman Tahunan Kementan Herdrajat.
Menurutnya, program ini punya banyak manfaat. Selain menambah populasi sapi, limbah hasil kotoran sapi bisa dimanfaatkan sebagai pupuk alami penyubur tanaman sawit.
Angka sementara jumlah luas areal perkebunan kelapa sawit terus bertambah. Di tahun 2012, jumlah lahan kelapa sawit sebanyak 9,074 juta hektar. Sedangkan, estimasi angka luas lahan di tahun 2013 mencapai 9,149 juta hektar.
“Integrasi sawit sapi juga sebenarnya bisa menyehatkan kebun karena limbah bisa diolah menjadi pupuk dan biogas,†imbuhnya.
Herdrajat mengungkapkan, Ditjen Perkebunan Kementan juga tidak tinggal diam. Ditjen Perkebunan akan duduk bersama dengan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk membahas aturan penegasan sistem integrasi sapi dan sawit. Selain itu, pihaknya juga akan mengembangkan program serupa secara mandiri dengan menggunakan dana APBN.
Tahun ini, lanjut dia, Ditjen Perkebunan mempunyai 17 unit integrasi sapi sawit yang akan diimplementasikan di 12 provinsi. Program itu sudah dilakukan sejak tahun 2007. “Kita bentuk tim kecil antara Ditjen Perkebunan dan Ditjen Peternakan. Itu dimodalkan APBN 50 ekor sapi, dikasih fasilitas dan kebun,†tuturnya.
Ia berharap, dengan program ini banyak pihak yang berminat. “Kita launching program ini di Kotawaringin Barat, itu akan menjadi percontohan sapi sawit di Indonesia. Di Sumatera sudah ada PTPN V yang sudah berhasil. Pedoman ditanda tangani menteri, sedang kita draft,†katanya.
Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Investasi Prabowo Respatiyo Caturroso mengaku, bisnis peternakan memang sepi peminat. Meski harga daging sapi dan ayam terus melambung, bisnis di sektor ini belum banyak dilirik.
Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi nilai investasi peternakan selama semester pertama tahun lalu hanya 1,86-2,62 persen dari total nilai investasi pertanian.
Di semester pertama tahun ini, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sektor pertanian tercatat Rp 32,06 triliun. Dari jumlah tersebut, realisasi PMDN untuk peternakan hanya Rp 839,5 miliar.
Demikian pula penanaman modal asing (PMA). Investasi PMA di sektor peternakan hanya 73,2 juta dolar AS dari total nilai investasi pertanian 3,92 miliar dolar AS.
Ada beberapa alasan terkait dengan rendahnya realisasi investasi peternakan.
Pertama, peta daerah tujuan investasi tidak tersedia. Belum lagi, lahan peternakan sering berbenturan dengan lahan untuk pemanfaatan tujuan lain, misalnya pertanian dan perkebunan. “Investor peternakan kesulitan lantaran undang-undang yang menghambat perolehan lahan,†ujarnya.
Ketua Persatuan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana mengaku, investasi pembibitan sapi bukanlah jenis yang menguntungkan pengusaha, terutama investasi pembibitan sapi perah. “Belum ada perusahaan komersial yang khusus terjun ke pembibitan sapi perah,†kata Teguh.
Bagi peternak yang ingin investasi di sektor pembibitan juga sering terkendala modal. Selama ini, usaha pembibitan sapi lebih banyak dilakukan untuk peternakan rakyat. Sedangkan feedloter tidak terlalu banyak yang terjun ke usaha bisnis pembibitan sapi. ***