Beberapa konsumen dan agen yang ditemui
Rakyat Merdeka mengaku kecewa dengan keputusan Pertamina tersebut. Beberapa konsumen mengaku akan beralih ke elpiji 3 kg untuk mengantisipasi besarnya pengeluaran tiap bulan.
Salah seorang konsumen, Maryanih (45) mengatakan, kenaikan harga elpiji 12 kg sangat memberatkan. Angka kenaikannya juga sangat tidak masuk akal.
“Desember saja udah naik nih, sekarang naik lagi. Ini sangat memberatkan pengeluaran ibu-ibu. Kalau begini lebih baik saya pakai (elpiji) yang 3 kg saja,†katanya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Keluhan yang sama diungkapkan Nisa (38), pemilik Rumah Makan Padang di sekitar Pasar Pondok Labu, Jakarta Selatan. Dia kaget dengan kenaikan harga elpiji 12 kg.
“Waktu itu saya dengar memang mau naik tahun ini, saya pikir sudah dipercepat jadi Desember kemarin, karena harganya sudah naik. Tapi kini malah naik lagi,†kata dia.
Menurut Nisa, gas elpiji 12 kg ini sangat penting bagi pengusaha warung makan seperti dirinya. Dalam sehari dia biasa menggunakan 3-4 tabung elpiji 12 kg. “Buat kita itu penting, apalagi kalau lagi banyak pesanan sehari bisa butuh 7 tabung,†ungkapnya.
Nisa hanya pasrah dengan kenaikan tersebut. Kendati begitu, dia belum berencana menaikkan harga makanan yang dijualnya. Kenaikan tabung gas elpiji ukuran 12 kg ini ibarat kado pahit Pertamina ke konsumen di awal tahun 2014 ini.
Salah seorang pemilik agen di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Adi Wibowo berharap kenaikan harga elpiji ini tidak membuat masyarakat berpindah ke elpiji 3 kg.
Ia juga meminta Pertamina tetap menjaga pasokan agar tetap stabil, sehingga tidak terjadi kelangkaan yang membuat harga semakin tinggi.
“Kayak yang elpiji 3 kg itu sering langka. Takutnya kalau nanti pasokan juga tidak ada, nanti langka, harga malah tambah mahal,†ujarnya.
Selain itu, Adi juga mendesak Pertamina lebih ketat mengawasi praktik manipulasi elpiji 3 kg dan 12 kg. Disinyalir masih banyak kecurangan terkait pengisian gas elpiji tersebut.
Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesi (YLKI) Tulus Abadi mengatakan, kenaikan harga elpiji 12 kg memicu aksi pengoplosan elpiji 3 kg ke 12 kg. “Semakin tinggi harga semakin menimbulkan disparitas antara harga gas ukuran 3 kg dan 12 kg,†tuturnya.
Selain itu, akan terjadi perpindahan konsumen elpiji 12 kg ke elpiji 3 kg karena semakin tingginya disparitas harga. Dengan adanya migrasi ini, justru akan merugikan negara karena dana subsidi 3 kg yang digelontorkan semakin besar.
“Harga satu tabung Rp 100 ribu lebih, sementara ada yang lebih murah. Pengguna elpiji 12 kg akan turun sehingga membuat pemerintah menambah subsidi untuk 3 kg,†tambahnya.
Untuk menghindari perpindahan konsumen tersebut, lanjut Tulus, sebaiknya Pertamina melakukan perubahan sistem distribusi yang tadinya terbuka menjadi sistem tertutup. Sehingga, gas elpiji 3 kg yang disubsidi negara digunakan oleh orang yang berhak mendapatkannya.
Untuk diketahui, per 1 Januari 2014 harga elpiji 12 kg dari Rp 5.850 per kg naik menjadi Rp 9.809 per kg. Sehingga harga jual dari Pertamina dari sebelumnya Rp 70.200 per tabung menjadi 117.708 per tabung. Bahkan, di beberapa perumahan, gas ukuran 12 kg dijual hingga Rp 145 ribu per tabungnya.
Pemerintah Tak Bisa IntervensiMenko Perekonomian Hatta Rajasa mengakui, upaya Pertamina menaikkan harga elpiji 12 kg merupakan aksi korporasi dan tak perlu izin pemerintah. “Memang itu (kenaikan harga elpiji) adalah corporate action. Dulu memang izin, karena mencari waktu yang tepat,†kata dia di Jakarta, kemarin.
Ketua Umum PAN ini berdalih, pemerintah tidak dapat mengintervensi keputusan tersebut kecuali yang terkait harga elpiji subsidi. Terlebih lagi, Apalagi, BUMN ini sudah menetapkan keputusan itu dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
“Pemerintah tidak punya wewenang untuk mengintervensi harga kecuali menyangkut subsidi bersama DPR. Tapi kalau saya punya keinginan, tentu kita tahan, jangan dulu dinaikkan,†terang dia.
Penyesuaian harga tabung gas elpiji, dinilai Hatta, karena Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah menemukan kerugian cukup besar yang menimpa BUMN Migas ini karena harga jual lebih rendah dari harga produksi.
“Jadi kami tidak bisa mengintervensi perusahaan yang sudah menetapkan bahwa kenaikan harga mulai dilakukan pada Januari ini,†ucapnya.
Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir memastikan kebijakan kenaikan harga elpiji 12 kg tak berpengaruh pada masyarakat bawah.
Alasannya, pemerintah telah menyediakan elpiji 3 kg bersubsidi yang harganya lebih murah untuk masyarakat konsumen ekonomi lemah dan usaha mikro.
Terkait adanya kekhawatiran kenaikan harga elpiji 12 kg memicu migrasi konsumen ke elpiji 3 kg, Ali memastikan, Pertamina saat ini telah mengembangkan sistem monitoring penyaluran elpiji 3 kg (SIMOL3K), yang diimplementasikan secara bertahap di seluruh Indonesia mulai Desember 2013.
Dengan adanya sistem ini, perusahaan dapat memonitor penyaluran elpiji 3 kg hingga level pangkalan berdasarkan alokasi daerahnya. ***