“Kami mulai dengan penggantian kereta-kereta yang sudah tua. Ini program 5-7 tahun ke depan. Saat ini ada sekitar 1.500 gerbong yang usianya di atas 20 tahun,†ujar Direktur Utama KAI Ignasius Jonan.
Menurutnya, KAI akan membeli gerbong baru itu dari BUMN produsen kereta api yaitu PT Inka yang pabriknya berada di Madiun, Jawa Timur. “Mungkin kita keluarkan investasi sekitar Rp 400-500 miliar untuk beli kereta baru. Harga satu buah sekitar Rp 4-5 miliar,†jelas dia.
Selain pembelian gerbong ini, KAI juga terus intens berhubungan dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Gubernur Jokowi dan Wakil Gubernur Basuki T Purnama (Ahok) untuk pembangunan
underpass dan
flyover di perlintasan kereta api.
“Ada 12 perlintasan di DKI yang kami usulkan untuk itu, seperti di Simprug dan Pasar Minggu,†kata Jonan.
Hingga akhir tahun ini, KAI sudah mendatangkan 70 gerbong kereta api. Puluhan gerbong itu merupakan gerbong bekas dari Jepang. Meski bekas, semua gerbong sudah dilengkapi dengan AC.
KAI memiliki alasan sendiri mengapa memilih membeli gerbong bekas. “KAI kan nggak dapat subsidi banyak dari pemerintah, di sisi lain kita harus untung,†ujarnya.
Bila membeli gerbong baru, nantinya akan berdampak pada kenaikan harga tiket dan itu diyakini dapat menuai protes dari penumpang. Dengan membeli kereta bekas, walaupun berisiko rusak lebih cepat namun jadi pilihan KAI.
“Keretanya kan kereta bekas, satu-dua bolehlah rusak, tidak masalah. Bisa saja kereta baru, tapi (tiket) Jakarta-Bogor Rp 30 ribu. Kalau mau murah, minta subsidi lebih besar dari pemerintah,†cetus alumni ITS ini.
Jonan menambahkan, gerbong bekas dari Jepang ini didatangkan secara bertahap. “Total 180 unit sampai Maret 2014. Bisa dioperasikan paling cepat Mei-Juni 2014,†paparnya.
Nantinya puluhan gerbong kereta ini tidak bisa langsung digunakan. Karena, harus melalui beberapa pekerjaan, seperti pengecekan, penyetelan ulang, pengujian, juga adanya sertifikasi dari pihak Kementerian Perhubungan. “Proses sertifikasi bisa mencapai satu hingga tiga bulan,†tandasnya. ***