Berita

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa, 16 September 2025 (Foto: RMOL/Hani Fatunnisa)

Bisnis

Ekonom: Sri Mulyani dan Purbaya Sosok yang Sama-sama Pro-pasar tapi Beda Gaya

JUMAT, 19 SEPTEMBER 2025 | 09:02 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Sisa anggaran lebih (SAL) bukanlah surplus anggaran, melainkan sisa kelebihan utang yang menumpuk tiap tahun.

Hal itu disampaikan oleh ekonom Ekonom senior Yanuar Rizky dalam sebuah kanal YouTube baru-baru ini, yang dikutip Jumat 19 September 2025.

“Jangan salah. SAL itu bukan karena pendapatan lebih besar dari belanja, tapi karena kebanyakan utang. Jadi itu sebenarnya sisa kelebihan berutang,” jelasnya.


Ia kemudian menyoroti langkah pemerintah yang menempatkan sekitar Rp200 triliun dari SAL ke perbankan. 

Menurutnya, langkah itu memang bisa menambah likuiditas.

Namun, jika dana itu hanya dialihkan ke pembelian surat utang negara (SBN) dan bukan kredit produktif, maka akan ada risiko besar.

"Jangan sampai justru dipakai geser likuiditas ke SBN. Rakyat butuh efek langsung lewat kredit dan pembiayaan sektor riil,” ungkapnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan dana Rp200 triliun yang dikucurkan pemerintah di lima bank nasional harus terus dipantau meskipun tidak akan disertai dengan aturan ketat dari pemerintah. 

“Yang kita bilang, jangan dipakai beli bond, dan jangan dipakai beli SRB, hanya itu saja. Yang lain, market base, suka-suka mereka,” tegas Purbaya di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa, 16 September 2024.

Dalam kanal YouTube itu pula, Yanuar kemudian mengungkapkan penilaiannya terhadap mantan Menteri keuangan Sri Mulyani dan Menteri Keuangan saat ini, Purbaya Yudhi Sadewa.

Menurutnya, kedua sosok ini sama-sama pro-pasar, tetapi berbeda gaya pengambilan keputusan.

Sri Mulyani digambarkan lebih menjaga kehati-hatian (prudent), sementara Purbaya cenderung bertindak cepat dan tegas. 

"Kalau ibu-ibu jadi menteri keuangan Itu cenderung pelit, cenderung misalnya "Bu saya mau beli yang ibu janjikan".  Tapi si ibunya lihat, yang kemarin aja masih ngaco. Tahan dulu! Nah ini yang disebut uang ditahan oleh kebijakan bendahara negara. Karena bendahara negara punya penilaian bahwa yang mau merealisasikan belanja itu tidak cukup memenuhi aspek tata Kelola," jelas Yanuar. 

"Nah, kalau Bapak-Bapak enggak kan? Kau minta berapa? Kasih, tapi kalau misalnya besok ada apa-apa, saya gantung, kan gitu" urainya..

Yanuar juga menilai cara pandang Menteri Keuangan Purbaya terlalu dipengaruhi mazhab monetaris ala Milton Friedman, yang menekankan uang beredar. Padahal, posisi Menkeu semestinya fokus pada fiskal, bukan moneter.

Sementara Sri Mulyani lebih ke  Keynisian moderat serta focus sektor rill, karena menekankan stimulus fiskal dan stabilisasi APBN untuk menjaga permintaan.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Usut Tuntas Bandara Ilegal di Morowali yang Beroperasi Sejak Era Jokowi

Senin, 24 November 2025 | 17:20

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Duka Banjir di Sumatera Bercampur Amarah

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:04

DKI Rumuskan UMP 2026 Berkeadilan

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:00

PIER Proyeksikan Ekonomi RI Lebih Kuat pada 2026

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:33

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

Kemenhut Cek Kayu Gelondongan Banjir Sumatera Pakai AIKO

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:00

Pemulihan UMKM Terdampak Bencana segera Diputuskan

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:35

Kaji Ulang Status 1.038 Pelaku Demo Ricuh Agustus

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:28

Update Korban Banjir Sumatera: 836 Orang Meninggal, 509 Orang Hilang

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:03

KPK Pansos dalam Prahara PBNU

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:17

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Selengkapnya