Berita

Pendiri Haidar Alwi Care, Haidar Alwi. (Foto: kalteng.go.id)

Publika

Konflik Ambon 2025 Jangan Jadi Spiral Baru

OLEH: R HAIDAR ALWI
RABU, 20 AGUSTUS 2025 | 13:34 WIB

TRAGEDI Ambon 2025 bukan sekadar tawuran pelajar yang berujung duka, melainkan peringatan keras bagi bangsa. Satu insiden di sekolah mampu menjelma menjadi bara yang membakar rumah, memaksa ratusan orang mengungsi, dan menghidupkan kembali trauma lama di Maluku.

Peristiwa ini adalah alarm bagi bangsa.Sebab kita belum sepenuhnya belajar dari sejarah panjang konflik komunal yang pernah melanda Ambon.

Konflik Ambon 2025 mencerminkan tiga hal mendasar. Pertama, kuatnya solidaritas komunal yang membuat kematian seorang anak dipandang sebagai serangan terhadap seluruh komunitas. Kedua, trauma konflik 1999-2004 yang belum sepenuhnya sembuh. Ketiga, derasnya arus informasi liar di media sosial yang memprovokasi massa.


Kasus ini adalah alarm sosial yang harus dijawab dengan keberanian negara dan kearifan masyarakat. 

Bangsa ini kerap merasa masalah selesai begitu api padam, padahal bara tetap menyala di bawah permukaan. Ambon menjadi cermin bahwa luka lama mudah kembali terbuka jika tidak ada mekanisme penyembuhan yang permanen.

Penyelesaian konflik memerlukan kesabaran, kebijakan, dan langkah nyata. 

Ada lima jalan damai yang bisa ditempuh bersama:

1. Rekonsiliasi lintas agama dan adat -- Tokoh GPM, MUI Maluku, dan FKUB harus hadir sebagai jembatan moral yang dipercaya masyarakat.

2. Pendidikan karakter di sekolah -- Tawuran pelajar harus dijawab dengan kurikulum persaudaraan, bukan sekadar hukuman disiplin.

3. Keadilan restoratif -- Proses hukum dijalankan tegas, namun mengutamakan pemulihan agar dendam tidak diwariskan.

4. Penguatan ekonomi bersama -- Hunuth dan Hitu perlu dipertautkan lewat koperasi nelayan dan tani agar kepentingan ekonomi menekan tensi sosial.

5. Forum pemuda lintas desa -- Energi anak muda diarahkan pada olahraga, seni, budaya, dan kewirausahaan.

Jalan damai tidak cukup dengan seruan. Ia harus menyentuh akar kehidupan: pendidikan, ekonomi, tokoh moral, hingga ruang kreatif pemuda.

Konflik Ambon 1999-2004 pernah menjadi salah satu tragedi kemanusiaan terbesar di negeri ini, menelan ribuan korban jiwa dan memaksa ratusan ribu orang mengungsi. 

Luka itu begitu dalam, tetapi bangsa ini terlalu cepat menutup lembaran seolah semua telah selesai. Padahal, bekas luka tetap membekas dalam ingatan kolektif masyarakat Maluku.

Bentrokan 2025 adalah bukti nyata bahwa pekerjaan rumah bangsa belum tuntas. Perdamaian tidak cukup dijaga oleh aparat, tetapi harus dipelihara oleh kesadaran bersama. Di tengah arus globalisasi dan derasnya informasi, bangsa Indonesia harus semakin dewasa membaca perbedaan.

Sebab bangsa yang besar bukanlah bangsa tanpa konflik, melainkan bangsa yang mampu mengelola konflik menjadi energi persaudaraan.

Kebhinnekaan adalah kekuatan yang hanya akan bermakna jika diikat dengan rasa percaya. Jika rasa percaya hilang, keberagaman bisa berubah menjadi jurang perpecahan. 

Oleh karena itu, diharapkan negara membangun mekanisme permanen: pendidikan toleransi di sekolah, forum lintas agama yang aktif, hingga program ekonomi inklusif yang membuat masyarakat merasa senasib sepenanggungan.

Konflik Ambon 2025 harus dibaca sebagai ujian kepemimpinan nasional. Presiden Prabowo Subianto dikenal tegas, dan ketegasan itu kini diperlukan untuk memastikan negara hadir melindungi rakyat. 

Namun, ketegasan harus disertai keterbukaan, keberanian mendengar, dan komitmen menjaga rasa aman semua warga.

Di ranah keamanan, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menunjukkan arti Polri Presisi: cepat, tepat, dan humanis. Pengerahan ratusan aparat gabungan TNI Polri yang segera mengendalikan situasi di Ambon menjadi bukti nyata bahwa negara hadir melindungi setiap warga tanpa membedakan latar belakangnya. 

Inilah wajah baru kepolisian yang tidak hanya hadir dengan ketegasan, tetapi juga dengan rasa kemanusiaan.

Lebih jauh, pentingnya optimisme di balik kepemimpinan Kapolri saat ini. Karena di bawah kendali Jenderal Listyo Sigit Prabowo, bangsa ini tidak akan lagi jatuh pada spiral konflik berdarah seperti yang pernah terjadi di Maluku pada tahun 1999-2004.

Polri hari ini hadir dengan wajah yang lebih modern, humanis, dan dekat dengan rakyat. Itulah sebabnya Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo layak disebut sebagai Kapolri terbaik sepanjang masa karena mampu menghadirkan optimisme baru bahwa keamanan Indonesia dapat dijaga dengan tegas sekaligus berkeadilan.

Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahma dipandang sebagai sosok yang konsisten menghadirkan kesejukan di tengah dinamika politik. 

Bukan sekali dua kali ia menunjukkan kepiawaiannya meredam ketegangan tanpa meninggalkan ruang dialog. Kehadirannya menjadi bukti bahwa politik tidak selalu harus keras, melainkan bisa dijalankan dengan ketenangan, komunikasi, dan kearifan.

Peran Dasco kini semakin relevan. Di saat masyarakat Maluku membutuhkan ketenangan, parlemen harus berdiri sebagai pilar penopang rekonsiliasi sosial dan pemulihan persaudaraan. 

Kehadiran figur penyejuk seperti Dasco memastikan bahwa perdamaian tidak hanya menjadi agenda aparat keamanan dan pemerintah eksekutif, melainkan juga mendapat dukungan penuh dari lembaga legislatif. Dengan demikian, kepercayaan publik dapat dijaga dan proses pemulihan berjalan lebih menyeluruh.

Dalam situasi sosial yang rentan, bangsa ini membutuhkan sosok penyejuk seperti Dasco, agar rekonsiliasi sosial benar-benar bermuara pada pemulihan persaudaraan.

Konflik Ambon 2025 tidak boleh menjadi spiral baru. Ia harus menjadi titik balik untuk memperkuat persaudaraan dan menghindarkan bangsa ini dari jebakan sejarah.

Sebelumnya, pada 19 Agustus 2025, sebuah tawuran di SMK Negeri 3 Ambon merenggut nyawa seorang siswa. Kabar ini cepat menyebar, memicu solidaritas warga Hunuth (Ambon) dan Hitu (Maluku Tengah). Dalam hitungan jam, bentrokan meluas. Belasan rumah terbakar, ratusan orang mengungsi, dan seorang polisi terluka saat mencoba menenangkan massa.

Pemerintah Kota Ambon mencatat 236 jiwa resmi mengungsi, sementara aparat TNI–Polri mengerahkan sekitar 350 personel untuk mengendalikan situasi. Api memang padam, tetapi bara sosial kembali.

Penulis adalah pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute


Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya