Berita

Ilustrasi/Net

Nusantara

Bijak Memilih Informasi Saat Berlebaran

KAMIS, 03 APRIL 2025 | 01:16 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Idulfitri, momen penuh berkah yang dinanti-nanti, merupakan ajang berkumpul dengan keluarga dan sahabat. Selain menyambung silaturahmi, Lebaran juga menjadi waktu yang tepat untuk bertukar kabar, baik tentang masa lalu, harapan di masa depan, hingga cerita di masa kini. 

Namun, di tengah perayaan tersebut, ada satu hal yang perlu menjadi perhatian bersama. Yaitu soal misinformasi, disinformasi, dan malinformasi yang rentan terjadi saat masyarakat secara masif bertukar informasi.

Menurut Deputi Bidang Diseminasi dan Media Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Noudhy Valdryno, kemampuan untuk memilah dan mengidentifikasi informasi menjadi semakin relevan saat ini. Semua orang bisa ikut
berkontribusi memerangi gangguan informasi untuk merawat persatuan dan solidaritas.

berkontribusi memerangi gangguan informasi untuk merawat persatuan dan solidaritas.

"Momen Lebaran adalah waktu yang penuh dengan kegembiraan, tetapi di balik itu ada ancaman gangguan informasi yang mengintai. Jadi, kita harus lebih bijaksana dalam mengonsumsi informasi. Seperti yang disampaikan Presiden Prabowo Subianto, semangat lebaran seyogianya menjadi momentum bagi kita untuk semakin memperkokoh persatuan bangsa dan memperkuat solidaritas sosial, bukan sebaliknya,” ujar Noudhy Valdryno, Rabu, 2 April 2025.

Selain belajar gerakan tren “velocity” bersama sanak saudara, bijak berlebaran bisa kita lakukan dengan juga mengasah kemampuan kita memilah tiga sumber utama mispersepsi publik.

Misinformasi: Penularan Ketidaktahuan

Misinformasi adalah penyebaran informasi yang salah akibat ketidaktahuan, tanpa intensi menyesatkan. Ini sering kali terjadi ketika seseorang menyebarkan informasi tanpa memverifikasi terlebih dahulu kebenarannya.

Sebagai contoh, beredar kabar bahwa pemerintah akan mengembalikan dwifungsi TNI melalui RUU TNI yang disahkan pada 2025. Padahal, UU tersebut justru sangat membatasi peran TNI hanya pada lembaga yang terkait erat dengan kemampuan para prajurit TNI itu sendiri, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 

Hal ini sangat berbeda dengan UU Nomor 2 Tahun 1988 tentang ABRI, yang memberi keleluasaan lebih besar bagi TNI untuk terlibat dalam ruang pemerintahan dan politik. Ketidaktahuan makna Dwifungsi ABRI akhirnya menyebabkan mispersepsi informasi.

Demikian pula, kabar yang menyatakan bahwa Danantara, yang kini menjadi bagian dari pengelolaan sumber daya alam Indonesia, akan dikelola dengan cara yang tidak profesional, tentu sangat keliru. Nyatanya, Danantara dirancang dengan matang, diawaki oleh para profesional di bidang manajemen dan investasi, untuk mengoptimalkan potensi ekonomi Indonesia dengan penuh kehati-hatian.

Disinformasi: Kesalahan yang Disengaja

Berbeda dengan misinformasi, disinformasi merujuk pada penyebaran informasi salah yang dilakukan oleh seseorang yang tahu bahwa informasi tersebut salah. Penyebarannya memang sengaja dilakukan dengan niatan buruk.

Jika Anda menemukan informasi seperti ini segera laporkan ke Kementerian Komunikasi dan Informasi melalui aduankonten@mail.kominfo.go.id.

Malinformasi: Data yang Disalahgunakan

Terakhir, malinformasi adalah informasi yang benar namun disampaikan dalam konteks yang salah, atau waktu yang tidak tepat. Seringkali kita menemukan informasi seperti ini yang kerap disebut “cocoklogi”. Data yang tidak lengkap yang disajikan untuk melahirkan kesimpulan yang keliru.

Sebagai contoh, tahun ini kita dengar kabar tentang penurunan jumlah pemudik, bahkan ada yang menggunakan kata “anjlok”. Padahal masa mudik Lebaran belum selesai. Angka jumlah pemudik yang digunakan mungkin hanya berdasarkan taksiran sementara, bukan realisasi.

Contoh lain adalah isu terkait dengan penurunan rata-rata saldo di rekening bank. Padahal saat ini semakin mudah membuka rekening baru untuk keperluan promo, jumlah rekening yang terdaftar jauh lebih banyak dibandingkan jumlah populasi. Sementara itu, investasi dalam bentuk emas yang semakin populer juga menyebabkan peningkatan tabungan di luar rekening bank. 

Malinformasi seperti ini bisa menyesatkan karena memunculkan sebagian data yang akhirnya berujung kesimpulan yang tidak tepat. 

Sumber Menentukan Kualitas Informasi

Agar tidak mudah terjerumus dalam arus informasi yang keliru, penting bagi kita untuk menyeleksi sumber informasi. Apalagi saat ini platform digital menjadi lahan subur bagi misinformasi, disinformasi, dan malinformasi.

"Di era digital ini, kita sering terjebak dalam informasi yang menyesatkan, apalagi dengan adanya berbagai platform media sosial. Berbagai akun resmi pemerintah bisa menjadi verifikator bagi warga dengan data yang akurat dan terpercaya," tutupnya.

Noudhy juga berharap, momen Lebaran membawa energi baru bagi media massa untuk ikut berperan di garda terdepan sebagai “penjaga gerbang” untuk mencerahkan masyarakat agar tidak terpapar misinformasi, disinformasi, dan malinformasi.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya