Berita

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump/Net

Bisnis

Trump Ancam Kenakan Tarif 100 Persen ke Negara BRICS jika Luncurkan Mata Uang Baru

JUMAT, 31 JANUARI 2025 | 17:06 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif sebesar 100 persen kepada negara anggota BRICS jika mereka memperkenalkan mata uang baru yang dapat menyaingi dominasi Dolar AS.

Pernyataan ini disampaikan Trump pada Kamis 30 Januari 2025 waktu setempat melalui platform media sosialnya, Truth Social.

"Kami akan meminta komitmen dari negara-negara yang tampaknya bermusuhan ini bahwa mereka tidak akan menciptakan mata uang BRICS baru atau mendukung mata uang lain yang dapat menggantikan Dolar AS. Jika mereka tetap melakukannya, mereka akan menghadapi tarif 100 persen," ujar Trump, seperti dikutip DW pada Jumat 31 Januari 2025.

Dalam unggahannya, Trump juga menegaskan bahwa tidak ada kemungkinan BRICS dapat menggantikan Dolar AS dalam perdagangan internasional.

""Tidak ada peluang bahwa BRICS akan menggantikan dolar AS dalam perdagangan internasional. Negara mana pun yang mencoba menggantikan dolar harus bersiap menghadapi tarif tinggi dan selamat tinggal pada akses ke pasar Amerika!" tambahnya.

Selain mengancam negara-negara BRICS, Trump juga mengumumkan bahwa ia akan memberlakukan tarif 25 persen pada impor dari Kanada dan Meksiko mulai Sabtu. Meski demikian, ia masih mempertimbangkan apakah akan memasukkan minyak dari kedua negara tersebut dalam kebijakan tarif impornya.

Keputusan ini tidak hanya didasarkan pada harga minyak yang dikenakan oleh kedua negara tersebut, tetapi juga pada upaya untuk menghentikan imigrasi ilegal dan penyelundupan bahan kimia yang digunakan dalam produksi fentanyl, yang telah menyebabkan puluhan ribu kematian akibat krisis opioid di AS.

Kelompok BRICS yang awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan kini telah berkembang dengan bergabungnya Mesir, Uni Emirat Arab, Ethiopia, Iran, dan Indonesia, menjadikan jumlah anggotanya sebelas negara. Blok ini dibentuk pada 2009 sebagai tandingan terhadap dominasi ekonomi AS dan negara-negara Barat.

Wacana mengenai mata uang alternatif untuk menggantikan dolar AS dalam perdagangan global semakin menguat setelah serangkaian sanksi Barat terhadap Rusia akibat perang di Ukraina.

Namun, Dolar AS masih tetap menjadi mata uang cadangan utama dunia dengan ketergantungan tinggi dari banyak negara.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Buntut Pungli ke WN China, Menteri Imipas Copot Pejabat Imigrasi di Bandara Soetta

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:25

Aero India 2025 Siap Digelar, Ajang Unjuk Prestasi Dirgantara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:17

Heboh Rupiah Rp8.100 per Dolar AS, BI Buka Suara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:13

Asas Dominus Litis, Hati-hati Bisa Disalahgunakan

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:35

Harga CPO Menguat Nyaris 2 Persen Selama Sepekan

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:18

Pramono: Saya Penganut Monogami Tulen

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:10

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Vihara Amurva Bhumi Menang Kasasi, Menhut: Kado Terbaik Imlek dari Negara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 17:45

Komisi VI Sepakati RUU BUMN Dibawa ke Paripurna

Sabtu, 01 Februari 2025 | 17:11

Eddy Soeparno Gandeng FPCI Dukung Diplomasi Iklim Presiden Prabowo

Sabtu, 01 Februari 2025 | 16:40

Selengkapnya