MULAI dari Repelita satu, Pemerintahan Soeharto yang dikenal juga dengan Orde Baru langsung meletakkan sandang, pangan dan papan sebagai prioritas awal dalam rencana pembangunan lima tahun. Ini tentu prioritas yang sangat berdasar, rakyat harus cukup pangan, harus tersedia bahan-bahan sandang dan rakyat harus punya rumah yang layak dan sehat.
Melihat dari sudut pandang teori ekonomi manapun, ini adalah konsep yang sangat jitu untuk meletakkan kembali dasar-dasar yang kuat dalam pembangunan ekonomi.
Membangun pertanian dalam rangka penyediaan pangan dalam mendukung atau menopang industri yang menjadi langkah berikutnya. Seperti kata Bung Karno, pertanian adalah dasar dan industri adalah tulang punggung ekonomi.
Pembangunan perumahan pada era Sukarno dan Orde Baru memang menjadi perhatian khusus. Pemerintah membuka partisipasi publik yang luas, pemerintah menyediakan sumber keuangan, membuat badan badan penggerak, bahkan membuat bank khusus dalam usaha membangun perumahan, serta menggerakkan perusahaan-perusahaan negara atau sekarang menjadi BUMN.
Sebuah strategi yang tepat dalam rangka menyediakan pembiayaan bagi perumahan yang murah dan terjangkau dan badan-badan usaha yang andil di dalamnya. Perbankan itu masih bertahan sampai dengan hari ini dengan orientasi yang sudah berbeda.
Sejarah pencapaian Orde Baru dalam pembangunan perumahan dan fasilitas pendukungnya, sanitasi dan irigasi pertanian untuk memompa usaha di sekitar perumahan tidak perlu diperdebatkan. Karena buktinya masih ada sampai saat ini.
Manfaat yang terlihat dari rencana pembangunan lima tahun dan 25 tahun wujudnya masih ada sampai sekarang. Bendungan, sawah sawah baru, irigasi, pemukiman pedesaan dan perkotaan, sanitasi, dan lain sebagainya adalah warisan yang cukup berarti. Walaupun ada yang terawat dengan baik dan ada juga yang ditelantarkan oleh pemerintahan berikutnya.
Kata kuncinya adalah pangan memperkuat pertanian, selanjutnya sandang membangun industri industri olahan bahan pakaian, serta perumahan meletakkan dasar-dasar industri batu bata, besi baja, paku, dan kawat.
Semua usaha yang dapat secara inklusif dikerjakan oleh bangsa Indonesia dan secara terbuka langsung menjadi usaha usaha rakyat. Ini adalah pijakan yang seharusnya diletakkan kembali secara lebih kokoh dan dilanjutkan lebih revolusioner oleh pemerintahan selanjutnya. Namun sayangnya tidak dipelajari dan kurang dimengerti.
Memulai dari DasarTidak ada yang benar-benar baru dari pemerintahan Soeharto sehingga disebut Orde Baru. Ini hanyalah kelanjutan yang telah dibuat oleh Sukarno. Soeharto hanyalah memanifestasikan secara lebih nyata.
Pembangunan Semesta Berencana adalah pola pembangunan nasional yang disusun oleh Departemen Perencanaan Nasional (Depernas) pada era Sukarno dilanjutkan oleh Soeharto Rencana Pembangunan Lima Tahun yang dirancang oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada masa pemerintahan Orde Baru.
Ini adalah
copy paste saja. Intinya adalah pembangunan itu harus memulainya dengan suatu perencanaan yang utuh dan menyeluruh.
Selanjutnya dari mana memulainya? Sukarno mengatakan bahwa pertanian adalah dasar dan industri adalah tulang punggung ekonomi. Maka Soeharto melanjutkannya dengan menyatakan dalam setiap Repelita, yakni pembangunan pertanian dalam rangka menopang industri.
Keduanya menjalankan ekonomi paling modern yang belajar benar tentang teori pembangunan. Dalam sejarah pembangunan di manapun di dunia, tidak ada suatu negara yang langsung melompat kepada industri. Semua memulai dari pertanian dan selanjutnya surplus pertanian digunakan sebagai sumber daya dalam membangun industri.
Demikian yang terjadi di Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan juga Korea. Sekarang situasi berbalik 180 derajat, pangan ditopang oleh impor dan industri ditopang oleh utang dan investasi asing. Ini akan menyeret pada ketergantungan yang sangat dalam di kemudian hari dan sudah terbukti.
Lalu apa yang dilakukan keduanya dalam pembangunan industri, Sukarno membangun semua dasar bagi tumbuh dan berkembangnya industri dasar besi baja dan olahan lainnya, Soeharto pun melanjutkan dengan memanfaatkan itu semua, tidak ada yang tidak dilanjutkan apalagi dirusak, tentu sama sekali tidak.
Berbeda sama sekali dengan apa yang terjadi selama hampir 30 tahun reformasi sekarang ini.
Mesin-mesin pemompa pertumbuhan Orde Baru adalah pertanian dan industri dasar termasuk di dalamnya industri minyak dan petrokimia. Alat-alat untuk pemompaan adalah yang inklusif dan melibatkan partisipasi secara luas adalah salah satunya perumahan.
Walaupun saat itu kita tidak mengenal istilah industri perumahan. Tetapi Orde Baru baru adalah pelopor pembangunan perumahan di Asia Tenggara. Mau bukti lihat saja bagaimana Pertamina dari surplus minyak menjadi pioner dalam pembangunan properti. Aset-aset Pertamina berupa perumahan, hotel dan lain-lain masih dinikmati oleh penguasa sampai dengan hari ini.
Perumahan sebagai Penggerak BesarJika perumahan bergerak, maka ia akan memompa dengan kencang industri besi baja, paku kawat, semen, batu, bata, pasir dan banyak industri penghasil material material. Semua orang telah mengerti masalah ini. Namun yang publik tidak tahu adalah industri-industri tersebut saat ini telah dikalahkan oleh barang-barang impor.
Bahkan paku dan kawat juga telah dikalahkan oleh impor produk-produk tersebut dari Tiongkok. Kita tidak perlu membahas mesin dan peralatan listrik itu impor semua.
Bukankah kita telah membangun perumahan dari sejak era reformasi dengan ditopang oleh bank-bank komersial walau tanpa perencanaan seperti sebelumnya?
Di situlah masalahnya, mulai dari keuangan sampai kepada industri dasarnya Indonesia tidak dapat bersaing dengan barang impor di negerinya sendiri dan tidak dapat membendung barang impor tersebut.
Akibatnya pembangunan perumahan berkutat atau terjebak dalam permainan pasar keuangan, suku bunga tinggi dan gelembung properti. Ini sudah kita bahas dalam artikel sebelumnya. Jadi kontribusinya tidak menyentuh sektor industri dasar.
Ini juga adalah problem yang sama yang menjebak pemerintah Jokowi dalam satu dekade percepatan pembangunan infrastruktur dan secara bersamaan terjadi deindustrialisasi bahkan pada industri dasar seperti besi baja, palu, kawat, dan semen. Tapi pembahasan ini perlu mendetail mengenai sebab-sebab lainya.
Sekarang terpenting adalah mengenali bagaimana strategi pemerintahan Orde Baru yang melanjutkan semua yang digagas Bung Karno, direvolusionerkan sebagai pijakan teori pembangunan perumahan Indonesia.
Merevolusionerkan berarti melepaskan sama sekali dari sistem
buble finance property, meletakkan kembali dasarnya sesuai corak perkembangan produksi masyarakat Indonesia dan mencepat pembangunan dengan perencanaan yang kuat, mulai dari keuangannya, industri dasarnya, industri rumahnya dan kaitannya dengan surplus sebesar-besarnya dalam pertanian Indonesia.
Nanti kita lanjutkan lagi tulisan ini. Ini sudah kepanjangan.
Penulis adalah Direktur Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)