Berita

Kota Haikou, China/Net

Publika

Catatan Ringan dari Haikou

Oleh: Siswanto Rusdi*
SABTU, 30 MARET 2024 | 02:13 WIB

HAIKOU merupakan ibukota Provinsi Hainan, sebuah pulau yang berlokasi di sisi paling selatan China. Lazimnya pulau, iklimnya tropis. Ketika saya bertandang ke sini pada akhir Maret, cuaca layaknya Kota Bekasi atau Jakarta, panas lumayan terik. Saya bertanya kepada teman yang menyambut di hotel tempat menginap apakah Haikou – juga Hainan secara keseluruhan – mengalami musim dingin? Tentu saja jawabnya iya. Namun tidak seperti wilayah lain di China, di mana musim dinginnya ditandai dengan turunnya salju, di Hainan suhunya saja yang lumayan rendah, sekitar 10-15 derajat. Bagi kita yang terbiasa dengan suhu antara 30-34 derajat suhu segitu cukup membuat gemetaran.
 
Saya melawat ke Haikou untuk memenuhi undangan China Institute for Reform and Development, disingkat CIRD. Sebuah lembaga pengkajian atau think tank swasta. Sebagaimana biasa, tiket pesawat pp dan akomodasi ditanggung oleh pengundang. Dan, sebagaimana biasanya pula, paling tidak sepanjang pengalaman pribadi, saya menduga akan diinapkan pada sebuah hotel sementara venue di tempat lain yang terpisah. Saya salah. The 3rd Training Seminar on Blue Economy Development Capability-building under the Framework of RCEP, forum yang mengundang, lokasi acara pelatihan dan tempat menginap para peserta dan pemateri berada dalam satu kompleks yang sama.
 

Ternyata penginapan tempat acara berlangsung merupakan bagian dari kompleks perkantoran lembaga nirlaba itu. Ia menempati lahan yang lumayan luas untuk ukuran sebuah LSM, setidaknya LSM di Indonesia. Di atasnya dibangun hotel yang lumayan megah, dua gedung hotel: satu bertingkat 7 dan satunya lagi bertingkat 11. Jumlah kamarnya lebih dari 200. Dilihat dari berbagai piagam akreditasi di lobi hotel, CIRD International Center for Academic Exchanges, begitu nama resminya, penginapan ini dikategorikan Bintang Empat. Persis di samping bangunan hotel, berdiri bangunan lain, 5 lantai, yang merupakan perkantoran CIRD beserta seluruh lembaga yang terafiliasi dengannya seperti, antara lain, China Institute for Trade Ports with Chinese Characteristic dan Judicial Research Center for Hainan Free Trade Port. Di tengah kedua gedung terdapat bangunan dua lantai yang disediakan untuk ruang-ruang kelas dengan susunan kursi seperti di bioskop.
 
Sesuai dengan tema besar acara, yaitu blue economy, saya menyampaikan materi seputar digitalisasi pelabuhan yang dijalankan oleh pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan yang ada. Dalam perspektif tema itu, secara sederhana, digitalisasi (dalam bidang apa saja, tidak hanya sektor kepelabuhanan) dapat digolongkan ke dalam ekonomi biru karena ia dapat mengurangi penggunaan sumberdaya, seperti kertas dan BBM umpamanya.

Dengan penggunaan kertas dan konsumsi BBM yang luar biasa tinggi di sektor kepelabuhanan selama ini, peralihan ke paperless dan fuel-less jelas berdampak signifikan bagi keuangan perusahaan.
 
Sejauh ini, digitalisasi kepelabuhanan di Indonesia bertumpu di atas dua platform: Indonesia National Single Window (INSW) dan Inaportnet. Yang pertama berada di bawah naungan Kementerian Keuangan sementara yang terakhir di bawah Kementerian Perhubungan. Teorinya, INSW mengurusi hal-hal yang terkait dengan perdokumenan barang impor dan ekspor.

Adapun Inaportnet berkenaan dengan aspek teknis perkapalan. Lucunya, kendati sudah disediakan kavling masing-masing, masih terjadi overlapping alias tumpang-tindih di antara keduanya. Ambil contoh, manifest atau konosemen/bill of lading. Baik INSW dan Inaportnet meminta data ini. Bukan tidak boleh. Masalahnya, terjadi redudansi atau duplikasi yang bisa saja mengernyitkan jidat pengguna platform: “Ini apa-apaan. Kok, sistemnya minta data yang sama berulang kali”.
 
Redudansi, duplikasi, tidak terintegrasi dan sejumlah masalah lainnya memang masih menggelayuti langkah digitalisasi pelabuhan di Indonesia. Saya menduga hal ini terjadi karena pemerintah selaku inisiator kedua platform tersebut tidak atau belum berhasil memotret dengan sempurna business process/model dalam ranah kemaritiman. Mereka ada melibatkan konsultan dengan segudang masukannya tetapi tetap saja saat diputuskan yang lebih mencuat adalah ego sektoralnya.
 
Digitalisasi pelabuhan di Indonesia memang dilakukan oleh pemerintah. Sayangnya, para pengembangnya lebih menempatkan posisinya lebih sebagai birokrat ketimbang sebagai pengguna. Maka terjadilah situasi yang saya gambarkan di muka tadi.

Di tempat lain, digitalisasi diinisiasi dan dijalankan oleh dunia usaha dan pemerintah, biasanya dinas bea cukai, menjadi peserta saja. Dengan kebijakan ini, pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mengembangankan sistem yang nilai investasinya jelas sangat besar. Dalam kasus INSW dan Inaportnet, walaupun saya tidak tahu angka sesungguhnya, pastinya sudah miliaran, jika tidak hendak dibilang triliunan, sudah digelontorkan untuk membangunnya. Hasilnya apa? Salah satunya, masih saja terjadi proses manual dengan menggunakan dokumen fisik, khususnya bill of lading (B/L).
 
Sulit melacak secara spesifik ihwal digitalisasi pelabuhan di Indonesia. Bila peluncuran Indonesia National Single Window (INSW) menjadi patokan, dan platform ini sendiri berjalan sekitar 2007, berarti sudah 14 tahun kita berdigitalisasi pelabuhan. Sekadar pembanding, negeri jiran Singapura, merujuk kepada peluncuran platform mereka yang setara dengan INSW, Tradenet, pada 2000, jelas kita masih terhitung remaja. Bolehlah kondisi ini menjadi permakluman. Entahlah.
 
Perjalanan ke Haikou tidak hanya diisi dengan memberikan kuliah. Saya dibawa meninjau pelabuhan feri baru yang dikasih nama Pelabuhan Xinhai. Luas lahannya sekitar 56 hektar sementara luas bangunan terminal sekitar 83.200 meter persegi. Inilah pertama kali saya menyaksikan ada terminal feri – kalau di kita disebut penyeberangan – segede gaban begitu. Fasilitas seluas ini disiapkan untuk melayani pelaju antara Pulau Hainan dan China daratan atau mainland.

Bagian mainland yang terdekat dengan pulau ini adalah Kota Zhanjiang yang merupakan bagian Provinsi Guangdong. Terminal dimaksud dapat meng-handle 3,2 juta kendaraan dan 35 juta penumpang. Tidak jelas apakah angka-angka ini per tahun atau per bulan. Jangan tanya soal state of digitalization-nya. Ini fasilitas modern yang canggih sekali.
 
Penyeberangan di Tanah Air juga, sampai derajat tertentu, sudah melakukan perbaikan, baik fisik maupun nonfisik melalui penjualan tiket online. Tetapi, sama seperti perjalanan INSW/Inaportnet, ia masih pemula dengan banyak kekurangan.
 
 
*Penulis adalah Direktur The National Maritime Institute (Namarin), pengamat maritim nasional

Populer

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Ratusan Tawon Serang Pasukan Israel di Gaza Selatan

Sabtu, 11 Mei 2024 | 18:05

Siapa Penantang Anies-Igo Ilham di Pilgub Jakarta?

Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02

Alvin Lim Protes Izin Galangan Kapal Panji Gumilang

Sabtu, 11 Mei 2024 | 15:56

KPK Juga Usut Dugaan Korupsi di Telkom Terkait Pengadaan Perangkat Keras Samsung Galaxy

Rabu, 15 Mei 2024 | 13:09

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Bey Machmudin Ogah Dipinang Demokrat Maju Pilgub Jabar

Rabu, 15 Mei 2024 | 02:41

UPDATE

Rupiah Tertekan ke Level Rp15.985 per Dolar AS

Jumat, 17 Mei 2024 | 12:08

Makan Siang Gratis Didorong Jadi Social Movement

Jumat, 17 Mei 2024 | 11:44

Adik Kim Jong Un Bantah Ada Transaksi Senjata dengan Rusia

Jumat, 17 Mei 2024 | 11:40

Kementerian Baru Harus Akomodir Kebutuhan Anak Muda

Jumat, 17 Mei 2024 | 11:30

Penertiban NIK Jangan Sampai Ganggu Hak Nyoblos Warga

Jumat, 17 Mei 2024 | 11:29

Kapal Pembawa Pasokan Senjata Israel Dilarang Berlabuh di Spanyol

Jumat, 17 Mei 2024 | 11:24

Prabowo Mesti Coret Nadiem Makarim dari Daftar Menteri

Jumat, 17 Mei 2024 | 11:20

Rumah Mewah Bak Istana Tersangka Korupsi Timah Disita

Jumat, 17 Mei 2024 | 11:18

Stafsus BKPM Soroti Ketidakadilan Kerja Sama Antarnegara

Jumat, 17 Mei 2024 | 11:03

Tokoh Masyarakat Jagokan Dailami Maju Pilgub Jakarta

Jumat, 17 Mei 2024 | 10:51

Selengkapnya