Barang bukti uang Rp999,7 juta hasil tangkap tangan kasus suap di Basarnas RI/RMOL
Puspom Mabes TNI harus mengusut tuntas dan mendalami soal aliran Dana Komando atau Dako, dalam perkara dugaan suap pengadaan barang dan jasa di Basarnas RI tahun anggaran 2021-2023.
Koordinator Simpul Aktivis Angkatan 98 alias Siaga 98, Hasanuddin, mengatakan, pihaknya mendukung dilibatkannya Puspom Mabes TNI pada penyidikan dugaan suap di Basarnas yang menjerat dua prajurit aktif TNI, yakni Marsekal Madya Henri Alfiandi (HA) dan Letkol Afri Budi Cahyanto (ABC).
"Keterlibatan Puspom bertujuan mendalami apakah ada Dako dalam perkara ini. Hal itu harus didalami khusus oleh penyidik Puspom TNI," kata Hasanuddin kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (6/8).
Dia berharap Puspom Mabes TNI dapat menjelaskan kepada publik secara terbuka soal Dako senilai Rp88,3 miliar yang diduga diterima Henri Alfiandi.
"Di luar itu, Siaga 98 berharap perkara korupsi Basarnas tetap disidang di peradilan umum. Sebab itu
joint investigation KPK-TNI diperlukan," pungkas Hasanuddin.
Seperti diberitakan, Rabu (26/7), KPK resmi mengumumkan lima tersangka, usai kegiatan tangkap tangan dengan meringkus 11 orang di Jakarta dan Bekasi, Selasa (25/7).
Kelima tersangka adalah Henri Alfiandi (HA, Kepala Basarnas RI periode 2021-2023), Afri Budi Cahyanto (ABC, Koorsmin Kabasarnas RI), Mulsunadi Gunawan (MG, Komisaris Utama PT Multi Grafika Cipta Sejati/MGCS), Marilya (MR, Dirut PT Intertekno Grafika Sejati/IGS), dan Roni Aidil (RA, Dirut PT Kindah Abadi Utama/KAU).
KPK telah menahan tiga tersangka, Marilya Roni Aidil, dan Mulsunadi. Sedangkan untuk dua tersangka lain, yakni Henri Alfiandi dan Afri Budi Cahyanto, selaku penerima suap, sudah resmi ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan oleh Puspom Mabes TNI pada Senin (31/7).
Dalam perkara itu, Henri Alfiandi melalui orang kepercayaannya, Afri Budi Cahyanto, diduga menerima suap dengan istilah Dako senilai Rp88,3 miliar dari sejumlah proyek di Basarnas RI sejak 2021-2023.
Khusus pengadaan 2023, Henri diduga menerima suap sebesar Rp5.099.700.000, merupakan fee 10 persen dari tiga proyek pengadaan, yakni peralatan pendeteksi korban reruntuhan dengan nilai kontrak Rp9,9 miliar, Public Safety Diving Equipment dengan nilai kontrak Rp17,4 miliar, dan ROV untuk KN SAR Ganesha (
multiyears 2023-2024) dengan nilai kontrak Rp89,9 miliar.
Untuk teknis penyerahan uangnya, Mulsunadi Gunawan memerintahkan Marilya menyiapkan dan menyerahkan uang sebesar Rp999,7 juta secara tunai di parkiran salah satu bank di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur. Sedangkan Roni Aidil menyerahkan uang Rp4,1 miliar melalui aplikasi pengiriman setoran bank.
Dari penyerahan uang itu, perusahaan Mulsunadi Gunawan dan Marilya ditetapkan sebagai pemenang tender untuk proyek pengadaan peralatan pendeteksi korban reruntuhan TA 2023. Sedangkan perusahaan Roni Aidil jadi pemenang tender untuk proyek pengadaan
Public Safety Diving Equipment dan pengadaan ROV untuk KN SAR Ganesha (
multiyears 2023-2024).