Berita

Ketua KPK RI Firli Bahuri/Net

Publika

Patriotisme dan Nasionalisme Penggawa Pendidikan

Ki Hadjar Dewantara Melawan Kebodohan hingga Menggelorakan “Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar”
SELASA, 02 MEI 2023 | 14:53 WIB | OLEH: H. FIRLI BAHURI

HARI INI, Selasa 2 Mei 2023, bangsa kita kembali memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), hari bersejarah yang menjadi momentum kesadaran bersama akan pentingnya pendidikan bagi kemajuan peradaban bangsa dan negara Indonesia.

Peringatan Hardiknas seyogianya bukan sekedar dijadikan sarana untuk mengenang dan menghormati jasa pahlawan pendidikan dimasa lalu. Namun nilai-nilai patriotisme para pahlawan pendidikan yang sarat dengan pengorbanan lahir-batin, sepatutnya kita jadikan acuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini dan dimasa mendatang.

Tidak sedikit tauladan kehidupan yang dapat kita gali dari konsistensi serta kerelaan luar biasa para pahlawan pendidikan, ketika membakar habis batang hingga akar dan benih-benih kebodohan yang ditanamkan kaum penjajah, pada ladang pemikiran bangsa Indonesia kala itu.

Patriotisme dan nasionalisme para penggawa pendidikan, salah satunya Ki Hadjar Dewantara yang tidak pernah luntur melawan kebodohan dimasa kolonialisme saat itu, akhirnya dapat menggelorakan semangat “Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar”, untuk melawan kebodohan sudah lama menjajah segenap bangsa Indonesia dimasa itu.

Ki Hajar Dewantara senantiasa teguh menanamkan semboyan “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” dalam perjuangan beliau hingga akhir hayatnya.

Dari pelajaran sejarah dimasa sekolah, saya masih ingat betul arti semboyan tersebut, yakni, ing ngarsa sung tulodo: di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik; ing madya mangun karsa: di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa serta ide; dan tut wuri handayani: dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan.

Semboyan inilah yang juga menginspirasi segenap insan di Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK RI), untuk senantiasa memberikan pendidikan dan tauladan baik tindakan Antikorupsi ditengah masyarakat, mengedepankan ide dan inovasi dalam setiap cara/upaya pemberantasan korupsi di NKRI yang selaras dengan kemajuan zaman, dan teguh mendorong serta mengarahkan segenap bangsa agar segenap anak bangsa tidak ingin melakukan korupsi dan terwujudnya budaya antikorupsi  di Republik yang kita cintai ini.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memandang pendidikan sebagai elemen yang sangat penting untuk mengakselerasi segenap daya upaya pemberantasan korupsi di NKRI, mengingat pendidikan adalah jantung serta urat nadi dalam membangun pondasi dasar pembentukan karakter serta integritas anak-anak bangsa bangsa sehingga memiliki ruh serta kepribadian Antikorupsi didalam dirinya.

Atas dasar itulah, KPK mengedepankan pendidikan Antikorupsi sebagai salah satu "national interest" dalam road map pemberantasan 2022 - 2045. Pada tahun 2045 nanti, akan menjadi tahun penting karena tahun tersebut Indonesia akan menjadi 5 kekuatan ekonomi dunia, dengan syarat Indonesia harus bersih dari korupsi.

Rencana Strategi Pemberantasan korupsi KPK tahun 2019 - 2024 menempatkan pendidikan sebagai strategi pertama dari trisula pemberantasan korupsi di NKRI, yang menjadi salah satu hal yang fundamental disamping pencegahan dan penindakan yang merupakan core bussiness KPK.

Menggunakan jejaring pendidikan formal hingga non formal mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga Peguruan Tinggi, kami telah memasukan unsur serta nilai-nilai pendidikan Antikorupsi kepada anak-anak bangsa di republik ini, agar terbentuk paradigma baru dalam memandang korupsi bukanlah hal biasa, terbiasa apalagi dianggap sebagai budaya atau warisan kultur bangsa. Melalui strategi pendidikan kita ingin membangun budaya dan peradaban bangsa Indonesia yaitu Budaya dan peradaban Antikorupsi.

Unsur serta nilai-nilai Antikorupsi yang ditanamkan kedalam setiap jenjang pendidikan di Indonesia, Insya Allah akan membentuk mindset dan budaya Antikorupsi yang lambat laun menjadi peradaban generasi penerus bangsa di republik ini. Kita semua tentunya berharap, budaya Antikorupsi secepatnya membumi di bumi pertiwi.

Tidak dapat dipungkiri, tauladan yang diberikan Ki Hadjar Dewantara beserta pahlawan pendidikan lainnya-lah, yang telah mengubah sudut pandang bangsa Indonesia untuk menyongsong masa depan dan mewujudkan cita-cita bangsa dengan pendidikan.

Jika melihat perjalanan republik ini dari masa kemasa, pendidikan jelas menjadi satu senjata yang paling ampuh yang bisa kita gunakan untuk mengubah dunia (Education is the most powerful weapon which you can use to change the world), dimana bangsa kita yang awalnya terbelakang karena kebodohan, kini menjadi bangsa superior yang cerdas dimata dunia, seiring dengan meningkatnya kualitas pendidikan rakyat Indonesia.

Ada satu perkataan Tokoh sekaligus Pahlawan Pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara, yakni "Tak ada hukuman yang lebih menyedihkan dari terpenjara kebodohan" yang menginspirasi saya.

Saya, Fili Bahuri, bungsu dari 6 bersaudara yang berasal dari keluarga miskin di pelosok dusun Sumatera Selatan, dimana dimasa kecil saya telah memahami petuah orang tua terutama ibu, tentang pentingnya pendidikan untuk mengubah keadaan khususnya kondisi ekonomi keluarga yang sangat sulit saat itu.

Dengan segala keterbatasan ekonomi keluarga, apalagi usai ditinggal wafat ayah, saya menguatkan tekad dan diri untuk terus sekolah setinggi-tingginya agar nasib dapat berubah, seperti kata ibu.

Berat dan perih memang..

Di kala teman SD berangkat diantar orang tua atau saudaranya dengan sepeda, saya harus berjalan kaki "nyeker" pergi dan pulang ke sekolah sejauh 16 KM setiap hari, karena tidak memiliki sandal apalagi sepatu.

Bayar SPP sekolah saat itu juga bukan dengan uang, melainkan "barter" buah kelapa, ikan atau durian. Alhamdulillah Kepala Sekolah SD menerima kelapa atau  durian atau ikan hasil tangkapan sendiri sebagai pengganti uang SPP.

Semasa SMA, saya ikut kakak mengontrak di dekat SMA 3 Palembang, dan saya ingat betul, setiap pulang sekolah bersama kakak, kami mencari ikan di rawa untuk di tukar dengan pisang serta beras ketan.

Beras ketan dan pisang tersebut dibuat pepes ketan oleh kakak, dan saya yang menjualnya ke warung-kewarung atau "ngider" dari kampung ke kampung. Dari hasil berjualan pepes ketan, kami gunakan untuk membayar uang sekolah.

Untuk membeli peralatan dan keperluan sekolah lainnya, saya bekerja sebagai pembantu rumah tangga, tukang cuci mobil, atau menjual spidol yang saya beli di Pasar Cinde, lalu saya jual kembali dengan sedikit keuntungan di Taman Ria Palembang.

Usia tamat SMA, saya yang jelas tidak memiliki uang untuk melanjutkan jenjang pendidikan di Universitas, mendaftarkan diri ikut sekolah yang dibiayai negara yakni Akabri. 3 kali saya mendaftar, 3 kali juga gagal diterima saat itu.

Saya memutuskan untuk masuk sekolah Bintara, dan lulus menjadi anggota polisi berpangkat Sersan. Meski sudah bekerja, petuah ibu tentang pentingnya pendidikan tidak pernah saya lupakan sehingga saya putuskan untuk kembali mengikuti tes Akabri untuk yang keempat dan kelima kalinya, namun gagal. Barulah kesempatan yang ke-6 pada tahun 1987 saya bisa dierima sebagai Capratar (Calon Prajurit Taruna).

Alhamdulillah, tes untuk keenam kalinya ini, saya dinyatakan lulus dan mengikuti pendidikan sebagai seorang perwira polisi, perlahan namun pasti menggapai bintang, dan akhirnya kini diberikan mandat sebagaimana saat ini untuk berkarya kepada Bangsa dan Negara, Mengabdi untuk ibu pertiwi Membebaskan dan Membersihkan NKRI dari praktik-praktik Korupsi.

Apa yang yang saya alami membuktikan bahwasanya pendidikan menjadi begitu amat penting, mengingat pendidikan sebagai satu upaya mewujudkan tujuan negara mencerdaskan kehidupan bangsa, dimana dengan bangsa yang cerdas, maka akan membawa kesejahteraan umum bagi segenap rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, mulai Miangas hingga Pulau Rote.

Dengan semua catatan itu, saya mengajak kita semua untuk berani mengatakan bahwa pendidikan adalah hal yang terpenting dalam mencapai cita cita luhur menggugah peradaban nasional Antikorupsi sebuah bangsa dan negara, agar keinginan luhur melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dalam kehidupan bangsa yang cerdas, agar kita dapat senantiasa dapat ikut serta di dalam perdamaian dunia yang berdasarkan kepada perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional, mari tanamkan selalu nilai-nilai Antikorupsi dalam setiap jenjang pendidikan di republik ini, agar cita-cita merdeka dari pengaruh laten korupsi, dapat segera kita raih dan wujudkan Indonesia zero kejahatan korupsi.

*Penulis merupakan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya