Berita

Kepemimpinan Benjamin Netanyahu di pemerintahan Israel berada di ujung tanduk. Pasalnya, kelompok garis keras nasionalis Israel Naftali Bennett siap bergabung dengan pemerintah koalisi saingan/Net

Dunia

Kekuasaan Benyamin Netanyahu Di Ujung Tanduk

SENIN, 31 MEI 2021 | 12:12 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Kepemimpinan Benjamin Netanyahu di pemerintahan Israel berada di ujung tanduk. Pasalnya, kelompok garis keras nasionalis Israel Naftali Bennett pada akhir pekan kemarin mengatakan bahwa dia akan bergabung dengan pemerintah koalisi potensial. Hal tersebut akan dapat mengakhiri pemerintahan Netanyahu yang merupakan yang terlama di negara itu.

Sebagai informasi, setelah dua tahun terakhir menggelar pemilihan parlemen, Israel belum juga mengakhiri drama politiknya.

Pada pemilihan terbaru yang digelar Maret lalu, partai Likud Netanyahu mendapatkan kursi terbanyak. Namun dia kembali gagal membentuk pemerintahan.

Kemudian, pemimpin oposisi Yair Lapid diberikan mandat untuk membentuk pemerintahan baru selamma 28 hari, dengan tenggat waktu hingga Rabu (2/6).

Jelang tenggat waktu tersebut, Bennett yang memimpin partai oposisi Yamina mengatakan bahwa pihaknya akan berkoalisi dengan Yesh Lapid, yakni partai yang dipimpin oleh Yair Lapid.

Lapid memiliki waktu hingga pukul 23.59 waktu setempat pada hari Rabu (2/6) untuk membangun koalisi saingan yang terdiri dari setidaknya 61 deputi, mayoritas di Knesset yang erkapasitas 120 kursi.

Dia dikabarkan gencar mencari aliansi yang beragam yang oleh media Israel disebut sebagai blok untuk "perubahan", yang akan mencakup Bennett serta anggota parlemen Arab-Israel.

"Saya akan melakukan segalanya untuk membentuk pemerintah persatuan nasional dengan teman saya Yair Lapid," kata Bennett, setelah bertemu dengan anggota partai nasionalis-religius Yamina akhir pekan kemarin.

Tidak lama setelah rencana koalisi oposisi tersebut, Netanyahu yang. telah menjabat selama 12 tahun berturut-turut, mengatakan dalam pidato di televisi bahwa pihaknya mengecam rencana tersebut dan menyebutnya "bahaya bagi keamanan Israel".

Kendati begitu, ilmuwan politik Gayil Talshir di Universitas Ibrani seperti dikabarkan AFP (Senin, 31/5), mengatakan bahwa koalisi saingan di Israel sekarang lebih dekat dari sebelumnya ke "koalisi perubahan".

"Netanyahu berada dalam posisi putus asa," tandasnya.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

UPDATE

Kini Jokowi Sapa Prabowo dengan Sebutan Mas Bowo

Minggu, 28 April 2024 | 18:03

Lagi, Prabowo Blak-blakan Didukung Jokowi

Minggu, 28 April 2024 | 17:34

Prabowo: Kami Butuh NU

Minggu, 28 April 2024 | 17:15

Yahya Staquf: Prabowo dan Gibran Keluarga NU

Minggu, 28 April 2024 | 17:01

Houthi Tembak Jatuh Drone Reaper Milik AS

Minggu, 28 April 2024 | 16:35

Besok, MK Mulai Gelar Sidang Sengketa Pileg

Minggu, 28 April 2024 | 16:30

Netanyahu: Keputusan ICC Tak Membuat Israel Berhenti Perang

Minggu, 28 April 2024 | 16:26

5.000 Peserta MTQ Jabar Meriahkan Pawai Taaruf

Minggu, 28 April 2024 | 16:20

Kepala Staf Angkatan Darat Israel Diperkirakan Mundur dalam Waktu Dekat

Minggu, 28 April 2024 | 16:12

Istri Rafael Alun Trisambodo Berpeluang Ditersangkakan

Minggu, 28 April 2024 | 16:05

Selengkapnya