Berita

Keengganan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengakui kekalahan dalam pemilu 2020 lalu berbuntut panjang hingga menyebabkan kekacauan di Capitol Hill/Net

Dunia

Gara-Gara Trump, Demokrasi Amerika Serikat Mundur Ke Belakang

KAMIS, 07 JANUARI 2021 | 12:06 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Presiden Amerika Serikat Donald Trump membawa pembangunan demokrasi di negaranya justru mundur ke belakang. Kekacauan yang terjadi di Capitol Hill pada Rabu (6/1) waktu setempat bisa jadi salah satu indikator utamanya.

Diketahui bahwa sejumlah massa pendukung Trump merangsek masuk di gedung Capitol Hill untuk mengacau dan membuat onar di tengah Sidang Kongres yang sedang melakukan verifikasi atas kemenangan Joe Biden dalam pemilu presiden Amerika Serikat akhir tahun 2020 lalu.

Hal itu tidak lain adalah efek dari keengganan Trump untuk mengakui kekalahannya dalam pemilu yang lalu.


"Di masa pemerintahan Trump ini, yang namanya demokrasi itu dilanggar prinsip-prinsipnya. Sampai-sampai, para pendukungnya pun terinspirasi untuk melanggar," ujar Research fellow dari Loyola University Chicago Amerika Serikat, Ratri Istania kepada redaksi Kantor Berita Politik RMOL pada Kamis (7/1).

"Menghargai kebebasan berpendapat, kebebasan berserikat, melindungi kebebasan pers, itu kan bagian dari pilar-pilar demokrasi. Nah semuanya itu dilanggar oleh Trump," sambungnya.

Ratri menilai bahwa hal ini merupakan suatu bentuk kemunduran besar dalam demokrasi di negeri Paman Sam. Terlebih, Amerika Serikat adalah negara yang kerap menjadi rujukan demokrasi bagi banyak negara lainnya.

"Ini kemunduran besar," kata Ratri.

Dia menyinggung kembali pemilu presiden Amerika Serikat tahun 2016 lalu di mana Hillary Clinton kalah dari Donald Trump.

"Pada saat itu, Hillary Clinton mengakui kekalahannya. Itu juga memang merupakan tradisi, di mana jika salah satu calon sudah memenuhi bilangan electoral vote yang cukup, yaitu 270, artinya pemenangnya sudah jelas," papar Ratri.

"Sekarang kebalikannya. Biden menang jauh dari Biden dengan 306 electoral college, dibandingkan Trump 232. Artinya, Trump harus bisa melihat itu dan mengakui kekalahan. Tapi ini tidak ada speech semacam itu dan ini buruk sekali," tambahnya.

Hal ini berimbas besar bagi demokrasi Amerika Serikat.

"Prinsip demokrasi seolah tidakk ada untuk dia (Trump) dan juga para pendukungnya," tandasnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pramono Pertahankan UMP Rp5,7 Juta Meski Ada Demo Buruh

Rabu, 31 Desember 2025 | 02:05

Bea Cukai Kawal Ketat Target Penerimaan APBN Rp301,6 Triliun

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:27

Penemuan Cadangan Migas Baru di Blok Mahakam Bisa Kurangi Impor

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:15

Masyarakat Diajak Berdonasi saat Perayaan Tahun Baru

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:02

Kapolri: Jangan Baperan Sikapi No Viral No Justice

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:28

Pramono Tebus 6.050 Ijazah Tertunggak di Sekolah

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:17

Bareskrim Klaim Penyelesaian Kasus Kejahatan Capai 76 Persen

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:05

Bea Cukai Pecat 27 Pegawai Buntut Skandal Fraud

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:22

Disiapkan Life Jacket di Pelabuhan Penumpang pada Masa Nataru

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:19

Jakarta Sudah On The Track Menuju Kota Global

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:03

Selengkapnya