Berita

Penduduk desa Afghanistan berdiri di depan mayat warga sipil selama protes di kota Ghazni, barat Kabul, Afghanistan, pada 29 September 2019/Associated Press

Dunia

Studi: Jumlah Warga Sipil Afghanistan Yang Tewas Oleh Serangan Udara AS Melonjak 330 Persen

SELASA, 08 DESEMBER 2020 | 21:09 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Pertumpahan darah di tanah Afghanistan masih belum berakhir. Sebuah studi terbaru bahkan mengungkapkan data yang mencengangkan.

Penelitian yang dilakukan sebagai bagian dari Biaya Proyek Perang di Universitas Brown Inggris yang dipublikasikan awal pekan ini menunjukkan bahwa jumlah warga sipil di Afghanistan yang meninggal dunia akibat serangan udara pimpinan Amerika Serikat naik hampir 330 persen antara tahun 2016 hingga 2019 lalu.

Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa pada periode 2015 hingga 2019, sebanyak 1.357 warga sipil meninggal dunia akibat serangan tersebut di Afghanistan.


“Jumlah total warga sipil yang terbunuh oleh serangan udara internasional dan Angkatan Udara Afghanistan meningkat," begitu kutipan dari laporan studi tersebut, seperti dikabarkan Press TV (Selasa, 8/12).

"Pasukan militer internasional, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, bertanggung jawab atas sebagian besar dari mereka yang terbunuh oleh serangan udara dari 2015 hingga 2019; 1.357 tewas oleh pasukan internasional, dibandingkan dengan 461 tewas oleh AAF (Angkatan Udara Afghanistan)," sambung laporan yang sama.

Para peneliti yang melakukan penelitian tersebut juga mengatakan meningkatnya jumlah kematian warga sipil tidak lain adalah sebagai hasil dari keputusan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk melonggarkan aturan keterlibatannya dalam serangan udara di seluruh Afghanistan pada tahun 2017 lalu.

Pada tahun 2019, masih mengutip dari laporan yang sama, ditemukan data bahwa serangan udara internasional menewaskan 700 warga sipil di Afghanistan. Jumlah ini merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sejak invasi militer pimpinan Amerika Serikat ke negara itu dimulai pada tahun 2001.

Para penulis studi juga mencatat bahwa intensitas serangan udara pimpinan Amerika Serikat di Afghanistan menurun setelah Washington mencapai kesepakatan damai dengan Taliban pada akhir Februari tahun ini.

Namun, sejak itu, jumlah serangan udara oleh AAF meningkat.

“Pemerintah Afghanistan sekarang sedang bernegosiasi dengan Taliban dan sebagai bagian dari serangan yang lebih luas, mungkin bertujuan untuk meningkatkan pengaruh pemerintah Afghanistan dalam pembicaraan tersebut, serangan udara oleh AAF telah meningkat. Akibatnya, AAF merugikan lebih banyak warga sipil Afghanistan dibandingkan kapan pun dalam sejarahnya," bunyi laporan studi yang sama.

Dalam enam bulan pertama tahun ini, dikatakan laporan tersebut, AAF menewaskan 86 warga sipil Afghanistan dan melukai 103 dalam serangan udara. Sementara itu, antara bulan Juli dan akhir September, jumlah warga sipil Afghanistan yang tewas dan terluka masing-masing berjumlah 70 dan 90 orang.

Perkembangan itu terjadi ketika pemerintah Afghanistan dan kelompok militan Taliban mencapai kesepakatan awal pekan lalu yang menetapkan aturan untuk pembicaraan lebih lanjut. Ini adalah perjanjian tertulis pertama antara kedua belah pihak sejak invasi pimpinan Amerika Serikat pada tahun 2001.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya