Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Bambang Brodjonegoro/Repro
Adaptasi terhadap revolusi industri keempat (4.0) sedianya sudah harus dilakukan sejak saat ini. Meskipun selalu ada dampak negatif dari sebuah revolusi industri, namun dampak positifnya justru lebih besar. Karena perkembangan zaman menuntut demikian.
Terlebih, sejak revolusi industri pertama hingga keempat, bangsa Indonesia bisa melaluinya dengan baik.
Begitu yang dituturkan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Bambang Brodjonegoro, dalam webinar bertajuk "Blockchain, Artificial Intelegent, dan Big Data (Tantangan dan Peluang Bagi Keluarga Besar HMI)" Sabtu malam (31/10).
"Karena sejak revolusi industri pertama yang ditandai dengan ditemukannya mesin uap, revolusi industri kedua dengan listrik, revolusi industri ketiga dengan komputer, ternyata kita beradaptasi dengan baik," papar Bambang.
"Meskipun selalu ada dampak negatif yang ditimbulkan, tetap ada dampak positifnya yang muncul belakangan. Bahkan, dirasakan kemudian ternyata dampak positifnya jauh lebih besar daripada dampak negatif yang terjadi," sambungnya.
Ditambahkan Bambang, tantangan revolusi industri 4.0 yang erat kaitannya dengan Blockchain, Artificial Intelegent, dan Big Data akan selalu berhadapan dengan ketahanan siber atau
cyber security yang bisa mengancam sebuah negara.
"Dan serangan cyber ini bisa yang berimplikasi serius terhadap politik, sampai yang juga kadang-kadang lebih relevan buat kita semua yang berkaitan dengan sistem keuangan," demikian Bambang.