Berita

Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan/Net

Politik

Bicara Omnibus Law, Luhut: Tidak Ada Yang Disembunyikan, Semua Diajak Ngomong

JUMAT, 16 OKTOBER 2020 | 14:24 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Lahirnya omnibus law UU Cipta Kerja dikecam banyak kalangan masyarakat terutama buruh dan mahasiswa karena menganggap undang-undang sapu jagat itu tidak berpihak kepada rakyat kecil.

Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan awal mula munculnya gagasan membuat omnibus law cipta kerja. Yaitu sejak dirinya menjabat sebagai Menko Polhukam yang diminta langsung Presiden Joko Widodo untuk membuat regulasi yang tidak tumpang tindih.

"Saya ingin mundur sedikit ya, ini sejak saya Menko Polhukam, Presiden sudah merintahkan itu, melihat kenapa begitu semrawut? Nah, akhirnya kita cari bentuknya, ketemulah yang namanya omnibus law ini. Itu pakar-pakar hukum yang saya kumpulkan waktu itu, tapi baru berjalan di eksekusi, mulai dikerjakan lagi, sejak setelah pilpres kemaren," ucap Luhut dalam sebuah wawancara, Kamis malam (16/10).

Menko dua periode ini menegaskan dalam pembahasan omnibus law UU Cipta Kerja, pemerintah dan DPR mengajak seluruh asosiasi dan serikat buruh untuk meminta masukan dari mereka terkait undang-undang tersebut.

Hal itu menjawab pertanyaan masyarakat terkait pemerintah dan parlemen terkesan sembunyi-sembunyi dan menutupi adanya omnibus law tersebut.

"Jadi tidak ada yang tersembunyi, semua terbuka diajak ngomong, tapi kan enggak semua juga bisa diajak ngomong! Karena macem-macem," tegasnya.

Luhut mengakui tidak semua serikat pekerja dan buruh menyepakati adanya undang-undang tersebut pada saat pembahasan. Namun, dia terbuka bagi siapa saja yang memberi masukan untuk kebaikan masyarakat.

"Asosiasi-asosiasi itu berpuluh-puluh kali diajak ngomong tentu tidak semua harus sepakat, demokrasi itu kan tidak pernah bulat pasti ada lonjongnya sana sini," katanya.

"Jadi, itulah sebenarnya harus kita sadari," tutup Luhut menambahkan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Samsudin Pembuat Konten Tukar Pasangan Segera Disidang

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:57

Tutup Penjaringan Cakada Lamteng, PAN Dapatkan 4 Nama

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:45

Gerindra Aceh Optimistis Menangkan Pilkada 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:18

Peringatan Hari Buruh Cuma Euforia Tanpa Refleksi

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:55

May Day di Jatim Berjalan Aman dan Kondusif, Kapolda: Alhamdulillah

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:15

Cak Imin Sebut Negara Bisa Kolaps Kalau Tak Ada Perubahan Skenario Kerja

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:39

Kuliah Tamu di LSE, Airlangga: Kami On Track Menuju Indonesia Emas 2045

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:16

TKN Fanta Minta Prabowo-Gibran Tetap Gandeng Generasi Muda

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:41

Ratusan Pelaku UMKM Diajari Akselerasi Pasar Wirausaha

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:36

Pilgub Jakarta Bisa Bikin PDIP Pusing

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:22

Selengkapnya