Berita

Erick Thohir dan Basuki Tjahaja Purnama/Net

Politik

Sudah Tepat Diingatkan Erick Thohir, Pengamat: Tidak Perlu Bikin Gaduh, Ahok Seharusnya Langsung Eksekusi

SELASA, 22 SEPTEMBER 2020 | 13:56 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Menteri BUMN Erick Thohir dinilai tegas dengan langkah cepat memanggil Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok untuk memperkuat soliditas internal serta meredam kegaduhan akibat sejumlah pernyataanya di ruang publik.

Direktur Riset Center of Reform on Economics Piter Abdullah mengatakan, gerak cepat Erick Thohir memanggil Ahok itu sudah tepat dalam rangka memberikan teguran sekaligus menenangkan kegaduhan yang membuat tidak nyaman di internal.

“Ini saya kira ini adalah teguran atau cara Erick Thohir untuk menenangkan (kegaduhan) saja,” kata Piter dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (22/9).

Menurut Piter, kegaduhan di internal Pertamina itu tidak seharusnya terjadi, Ahok semestinya bisa berbicara secara baik-baik kepada para direksi, mengawasi dan menyampaikan konsep-konsep atau kritikanya secara internal lebih dahulu.

“Kalau saya jadi Ahok, saya tidak akan melakukan seperti Ahok itu yang jelas. Karena dia sudah ada didalamnya (BUMN) bicaralah baik-baik, beda dengan saya yang ada di luar, kalau saya yang di luar mungkin perlu bikin kegaduhan agar supaya orang bisa memperhatikan saya, sehingga suara saya didengar,” katanya.

Apalagi, kata dia, Ahok telah ditunjuk sebagai komisaris utama, Ahok merupakan menjadi bagian dari Pertamina yang memiliki jabatan tertinggi, ditambah orang kepercayaanya Presiden Joko Widodo, tidak perlu lagi bikin gaduh, lakukan saja tugasnya.

“Kalau Ahok kan dia sudah di dalam, dia sudah didengar, dia sudah menjadi orang kepercayaanya Jokowi. Kenapa harus bikin gaduh, just do it, bahkan dia sudah menjadi orang tertinggi di Pertamina, just do it, lakukan saja tidak perlu bikin gaduh,” tegasnya.

Lanjut Piter, sebenarnya apa yang disampaikan Ahok adalah benar, namun cara penyampaianya dianggap bermasalah, sehingga membuat ketidakharmonisan dan ketidak nyamanan lingkungan kerja internal Pertamina.

“Tidak ada salahnya apa yang disampaikan Ahok, masalahnya adalah cara dia menyampaikannya dan ada satu titik nanti ada batasnya, kalau kegaduhan ini ya mungkin bisa ditolerir tapi kalau terus menerus akan membuat dia, Ahoknya sendiri tidak nyaman, lingkungannya menjadi tidak nyaman juga,” bebernya.

Lebih lanjut, Piter menyakini niat Ahok menyampaikan kritiknya tersebut bertujuan untuk kebaikan Pertamina. Tetapi penyampainnya harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana ia bekerja, supaya tidak menimbulkan kegaduhan lagi.

“Niatnya Ahok pasti baiklah saya yakin, tapi niat baik itu belum tentu cocok, karena niat baik itu harus dayung bersambut dengan lingkunganya, kalau tidak hanya membuat kegaduhan saja, Nah sekarang niat baik itu harus disesuaikan juga dengan kondisinya, harus dicarikan jalan yang terbaik juga caranya baik juga,” jelasnya.

Piter menyarankan Ahok untuk belajar dari kasus yang menimpa sebelumnya, yang membuat ia harus berurusan dengan hukum dan berakhir masuk ke dalam penjara.

“Ini adalah karakternya Ahok ya, karakternya Ahok seperti itu, makanya orang sering mengatakan ini Ahok seperti tidak belajar dari yang masa lalu. Di mana niat baik belum tentu bisa menghasilkan sesuatu yang baik, bahkan bisa merugikan dia sendiri,” pungkasnya.

Ditambahkan Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari, karakter Ahok tidak cocok bekerja di bidang pemerintahan dan lebih cocok bekerja di perusahaan swasta jika cara berkomunikasinya tidak berubah.

"Yang namanya pejabat publik, entah yang dipilih langsung menjadi kepala daerah, atau yang ditunjuk menjadi menteri, atau bagian dari sebuah BUMN seperti Pertamina, ini memang hemat saya nggak begitu cocok untuk Pak Ahok, karena gaya dan kepribadian Pak Ahok ternyata tidak berubah," demikian Qodari.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Tidak Balas Dendam, Maroko Sambut Hangat Tim USM Alger di Oujda

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Move On Pilpres, PDIP Siap Hadapi Pilkada 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Absen di Acara Halal Bihalal PKS, Pengamat: Sinyal Prabowo Menolak

Sabtu, 27 April 2024 | 21:20

22 Pesawat Tempur dan Drone China Kepung Taiwan Selama Tiga Jam

Sabtu, 27 April 2024 | 21:14

Rusia Kembali Hantam Fasilitas Energi Ukraina

Sabtu, 27 April 2024 | 21:08

TETO Kecam China Usai Ubah Perubahan Rute Penerbangan Sepihak

Sabtu, 27 April 2024 | 20:24

EV Journey Experience Jakarta-Mandalika Melaju Tanpa Hambatan

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Hubungan PKS dan Prabowo-Gibran, Ini Kata Surya Paloh

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Gebyar Budaya Bolone Mase Tegal Raya, Wujud Syukur Kemenangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 27 April 2024 | 19:28

Menuju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Minta Kader Waspadai Pengkhianat

Sabtu, 27 April 2024 | 19:11

Selengkapnya