Salah satu suku dari komunitas adat di Brasil/Net
Melonjaknya angka kasus virus corona di antara komunitas adat Brasil telah memicu kekhawatiran akan musnahnya beberapa suku asli di negara itu. Mahkamah Agung Brasil pada Rabu (5/8) memutuskan bahwa pemerintah Presiden Jair Bolsonaro harus mengambil langkah pencegahan penyebaran virus corona ke komunitas adat yang rentan di negara itu.
Mayoritas hakim memilih untuk memberi tenggat waktu selama 30 hari kepada pemerintah agar segera menyusun rencana untuk mengurangi ancaman Covid-19 terhadap masyarakat adat, yang dikhawatirkan dapat memusnahkan beberapa suku, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (6/8).
Langkah-langkah yang harus diambil mencakup akses sanitasi, menghentikan orang luar agar tidak memasuki tanah suku yang dilindungi, dan mengisolasi penduduk.
Tetapi pengadilan telah berhenti memerintahkan pengusiran penebang liar dan penambang. Menurut pemimpin adat, penebang dan penambang liarlah yang telah menyebarkan virus ke daerah pedalaman.
Tindakan itu diminta oleh organisasi payung adat utama Brasil, APIB, yang didukung oleh enam partai politik oposisi yang mengkritik Bolsonaro karena menyangkal keseriusan wabah virus corona terburuk kedua di luar Amerika Serikat.
Menurut APIB, 631 penduduk asli telah meninggal karena Covid-19 dan 22.325 kasus telah dikonfirmasi di antara 850 ribu penduduk asli Brasil. Setengah dari 300 suku asli Brasil telah dikonfirmasi terinfeksi.
Pandemik membahayakan masyarakat adat yang tidak memiliki akses ke perawatan kesehatan di bagian terpencil Amazon dan yang kehidupan komunalnya di bawah tempat tinggal besar membuat jarak sosial menjadi sesuatu yang mustahil.
Suku-suku tersebut kini menghadapi hilangnya tradisi budaya dengan kematian para tetua mereka yang terkena virus.
Salah satu pemimpin adat Brasil yang paling berpengaruh yang memimpin orang-orang Xingu Atas di Brasil tengah dan membantu menciptakan taman asli di sana, Aritana Yawalapiti meninggal karena Covid-19 di usia 71 tahun pada Rabu (5/8).