Berita

Ilustrasi

Dunia

Tutup Konsulat, Cara Pemerintahan Trump Ciptakan Ketegangan Baru China-AS

JUMAT, 24 JULI 2020 | 08:32 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Perintah AS agar China menutup konsulatnya di Houston selambatnya hari ini,  Jumat (24/7) adalah keputusan yang tidak masuk akal dan bentuk provokasi. Staf di sana hanya diberi waktu 72 jam untuk meninggalkan negara itu sejak diumumkannya perintah tersebut.

Ini kegilaan AS yang berkali-kali mengejutkan.

Selain kedutaan, China dan AS memiliki lima konsulat di masing-masing negara (tidak termasuk konsulat AS di Hong Kong dan Makau), sesuai dengan prinsip timbal balik. Dalam kolom editorialnya, GT menuliskan bahwa jika secara mendadak AS menuntut penutupan salah satu konsulat China, apa lagi sebutannya selain kegilaan? Dan biasanya, ini akan mengatur ulang prinsip timbal balik kedua pihak.


“Bukankah AS sengaja menghancurkan hubungan China-AS?” tulis editorial itu.

Sejauh ini, Washington telah memberlakukan berbagai pembatasan terhadap diplomat dan jurnalis China yang berbasis di AS sejak 2019. Sekelompok media China didefinisikan sebagai "misi asing," dan beberapa wartawan Cina diusir dari negara itu. Tindakan AS itu telah melukai pertukaran personel China-AS. Ditambah dengan menutup konsulat China di Houston merupakan eskalasi serius dari situasi yang terjadi.
 
Sulit untuk menjelaskan pola pikir AS. Kolom editorial menjabarkan, berdasarkan apa yang Global Times pelajari, AS tidak memiliki alasan untuk menutup konsulat China di Houston. Sebuah rumor mengatakan bahwa karena Covid-19 China telah menolak untuk mengizinkan para diplomat AS untuk kembali ke China, dan langkah terbaru AS ini dimaksudkan untuk membalas.

Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa AS menutup konsulat untuk melindungi kekayaan intelektual Amerika dan informasi pribadi orang Amerika. Editorial GT menyebutnya sebagai alasan yang lemah!

Dalam keadaan normal, China dan AS telah berbagi dalam perdagangan bilateral terbesar di dunia, serta melakukan pertukaran personel yang sangat aktif. Pandemik Covid-19 telah menyebabkan penurunan besar dalam pertukaran personel China-AS. Dengan menutup konsulat China di Houston, apakah AS menyatakan bahwa ia tidak lagi berharap untuk memperbaiki situasi epidemik dan mengembalikan pertukaran personel antara China dan AS?

“Itu sebabnya kami mengatakan langkah terbaru AS gila. Banyak orang percaya bahwa ini adalah cara lain pemerintahan Trump menciptakan ketegangan China-AS dan membantu upaya pemilihannya kembali,” tulis editorial itu.

AS berusaha menyalahkan segalanya pada China dan membuat pemilih AS, yang tidak memahami China dengan baik, percaya pada kata-kata Washington.

Pemilihan presiden pada November mendatang membuat Washington gelisah.

Saat ini mungkin dunia tahu bahwa AS telah membuka medan perang baru melawan China. Kementerian Luar Negeri China sangat mengutuk AS, dan membuat tanggapan tegas jika AS tidak memperbaiki kesalahannya.

Ada banyak tindakan balasan yang bisa diambil Tiongkok. Para analis umumnya percaya bahwa komunitas diplomatik internasional tidak akan terkejut saat China menutup salah satu konsulat AS di China.

“AS telah kehilangan kredibilitasnya. Ukuran konsulat China di AS tidak lebih besar dari kebutuhan pekerjaan rutin harian. Tidak satu pun dari konsulat ini yang memiliki ribuan diplomat dan karyawan, seperti halnya konsulat AS di Hong Kong dan Makau. Bukan rahasia bahwa AS menganggap konsulatnya di Hong Kong dan Makau sebagai benteng untuk menyerang China,” tulis editorial itu.

AS telah membuka medan perang diplomatik yang pasti akan kalah. Pemilihan presiden AS menelan biaya berupa kekuasaan di abad 21. Umat manusia, yang menginginkan perdamaian, stabilitas dan pembangunan, harus membayarnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya