Berita

Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan/Net

Bisnis

Agresif Dalam Berinvestasi, Menko Luhut: Tiongkok Mematuhi Apa Yang Kita Berikan

SENIN, 22 JUNI 2020 | 13:46 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Nilai investasi asing langsung (foreign direct investment) Tiongkok ke Indonesia periode Januari-September 2019 melonjak 81 persen menjadi 31 miliar dolar AS atau setara Rp.46,39 triliun. Sedangkan proyeknya meningkat 28 persen menjadi 1.619 proyek dalam periode selanjutnya.

Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Tiongkok merupakan salah satu negara yang cukup agresif dalam berinvestasi, dan tidak bisa seluruh negara melupakan Tiongkok.

Terlebih situasi saat ini, perekonomian nasional lumpuh akibat Covid-19 sehingga membutuhkan dukungan dari berbagai negara untuk mendukung ekonomi nasional.

"Kemudian, perkiraan dampak Covid-19 terhadap Indonesia, itu dapat di Tiongkok, Tiongkok ini kadang kita nyinyir lihat Tiongkok, tapi Tiongkok itu 18 persen mengontrol ekonomi dunia, suka tidak suka kita enggak bisa ignore keberadaan dia, nah ini punya dampak, apalagi jarak kita dekat dengan dia," ujar Luhut saat rapat bersama Banggar DPR, Gedung Nusantara I, Komplek Parlemen, Senayan, Senin (22/6).

Tiongkok yang memiliki agresivitas dalam melakukan investasi sebesar 100 persen. Oleh karena itu, guna memasukkan Tiongkok untuk berinvestasi di Indonesia, maka Luhut mengatakan harus diperlukan pendekatan yang lebih harmonis.

"Sehingga kita harus memelihara dalam soft power antara bagaimana kita berhubungan dengan Timteng, bagaimana dengan Tiongkok, bagaimana dengan Amerika," katanya.

Dia menegaskan bahwa Tiongkok telah sepakat mematuhi kriteria investasi yang diberikan oleh Indomesia. Sehingga Luhut meyakinkan bahwa Indonesia tidak didikte dengan Tiongkok.

"Kedua dengan Tiongkok, saya pikir investasi terus meningkat dan mereka mematuhi saya ulangi mematuhi kriteria yang kita berikan. Jadi dia tidak sekadar masuk," paparnya.

Adapun 5 kriteria investasi untuk masuk Indonesia: harus bawa first class technology; harus teknologi transfer; harus added value; harus melakukan b to b untuk menghindari deperated; dan harus menggunakan tenaga kerja Indonesia sebanyak mungkin.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Terobosan Baru, Jaringan 6G Punya Kecepatan hingga 100 Gbps

Selasa, 07 Mei 2024 | 12:05

172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiah Serentak Gelar Aksi Bela Palestina Kutuk Israel

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:54

Usai Terapkan Aturan Baru, Barang Kiriman TKI yang Tertahan di Bea Cukai Bisa Diambil

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:37

MK Dalami Pemecatan 13 Panitia Pemilihan Distrik di Puncak Papua ke Bawaslu dan KPU

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:29

Tentara AS dan Pacarnya Ditahan Otoritas Rusia

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:18

Kuasa Pemohon dan Terkait Sama, Hakim Arsul: Derbi PHPU Seperti MU dan City

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:11

Duet PDIP-PSI Bisa Saja Usung Tri Risma-Grace Natalie di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:56

Bea Cukai Bantah Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:37

Pansel Belum Terbentuk, Yenti: Niat Memperkuat KPK Gak Sih?

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:35

Polri: Gembong Narkoba Fredy Pratama Kehabisan Modal

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:08

Selengkapnya