Waisak di dusun Thekelan tahun 2019/RMOLJateng
Suasana hening mengiringi perayaan Waisak di dusun tertua di pinggang Gunung Merbabu, tepatnya Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Kamis (7/5).
Perayaan kali ini terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Seratusan warga umat Buddha di desa ini terpaksa merayakannya di dalam rumah masing-masing.
Ucapan selamat merayakan dari umat agama lainnya pun hanya disampaikan melalui telepon, pesan singkat WhatsApp, atau pun media sosial lainnya.
Begitu pula tradisi masyarakat Thekelan yang beragama Kristen dan Islam yang biasanya berbaris menyambut dan mengucapkan selamat sekaligus bersilaturahmi kepada umat Buddha setelahupacara Waisak, kali ini terpaksa ditiadakan.
Hal tersebut terpaksa dilakukan lantaran adanya pendemik Covid-19 saat ini.
"Acara waisak tidak seperti biasa tahun ini di tempat kami. Sementara tidak rame-rame. Tidak ada juga tradisi memberi ucapan selamat dari lintas agama kepada umat Buddha yang merayakan," ujar Kepala Dusun Thekelan, Supriyo dilansir
Kantor Berita RMOLJateng.
Hal ini diakui Supriyo sebagai upaya menghormati anjuran dari pemerintah untuk tidak berkerumun atau pun mengadakan kegiatan yang dapat memicu terjadinya penyebaran Covid-19.
Meski demikian, sebagai gantinya dari perwakilan lintas agama memasang ucapan selama merayakan Waisak di sejumlah titik strategis di dusun yang berada di ketinggian 1.600 Mdpl dan seantero Nusantara dikenal sebagai rumah yang penuh sikap toleransi serta menjunjung tinggi perbedaan.
Jika di tahun-tahun sebelumnya, umat Buddha di Dusun Thekelan berbondong-bondong menuju Vihara Budha Bhumika sambil mengenakan atasan berwarna putih sebagai puncak perayaan Waisak, saat ini tradisi itu ditiadakan.
